LAPORAN
PBL
SISTEM
REPRODUKSI
“PERSALINAN
MACET (DISTOSIA)”
Pembimbing : dr. Eddy Tiro, Sp.OG (K)
Disusun Oleh :
Kelompok 6
·
Kartika Pelango C111 11 298
·
Arliawan Arsadi
Ali C111 11 022
·
Ardy Ariady
Saruman C111 11 183
·
Isna Mustika C111 11 203
·
Lucky Randy C111
11 163
·
Aflah Dhea Bariz
Y. C111 11 280
·
Ditha Fadhila C111 11 145
·
Auliah Afriani
M. C111 11 316
·
Steni S.C. R.
Lembang C111 11 262
·
Astri Juniarsih C111 11 004
·
Arina Mardhiyah C111 11 334
·
Noor Adnan Setiawan C111 11 121
·
Andi
Erdiankuneng C111 11 370
·
M. Taufik A C111 09 257
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
MODUL 3 PERSALINAN MACET (DISTOSIA)
Skenario
2
Seorang wanita,
usia 33 tahun, tiba di unit gawat darurat RS pukul 07.00 dengan keluhan sakit
perut tembus ke belakang. Dari anamnesis diketahui ini adalah hamil anak kedua
dan keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak tadi subuh. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan bahwa tanda vital batas normal, tinggi fundus 3 jari bawah
prosesus xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala, perlimaan
3/5. Jarak antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 37 cm, lingkar perut ibu
95 cm. Denyut jantung janin 140 x/mnt. His 2 x dalam 10 menit dengan durasi
25-30 dtk. Pembukaan serviks 4 cm, selaput ketuban teraba, penurunan sesuai
bidangHodge 2 dengan kondisi panggul dalam cukup. Pukul 10.00, ibu mengeluh
keluar air banyak berwarna jernih dari kemaluan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Denyut jantung janin 130 x/mnt. His 3x dalam 10 menit dengan durasi 25-30 dtk.
Bagian terendah kepala, perlimaan 3/5. Pembukaan serviks 6 cm, selaput ketuban
tidak teraba, penurunan sesuai bidang Hodge 2.
Kata
Sulit :
1. Perlimaan
: Palpasi abdomen saat persalinan
Perlimaan
0 : Tidak teraba kepala
Perlimaan
1 : Teraba sinsiput, oksiput tidak teraba
Perlimaan
2 : Teraba sinsiput, oksiput teraba sebagian
Perlimaan
3 : Sinsiput mudah teraba, teraba oksiput
Perlimaan
4 :Sinsiput tinggi, oksiput mudah diraba
Perlimaan
5 : Di atas panggul
2. Bidang
Hodge : Garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh penurunan
kepala janin pada panggul
Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas symphisis dan promontorium
Hodge II : sejajar
hodge I, terletak setinggi bagian bawah symphisis
Hodge III :
sejajar hodge I dan II, terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri
Hodge IV :
sejajar hodge I, II, dan III, terletak setinggi os coccygeus
3. His adalah
kontraksi otot polos dari dinding uterus yang dirasakan nyeri yang dimulai
sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke dinding uterus
yang di sebut sebagai pace maker tempat his berasalan kekuatan yang mendorong janin dalam
persalinan sifatnya involunter, intermitten, terasa sakit, terkoordinasi dan
simetris, kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara kimia dan psikis.
Kata Kunci :
1. Wanita,
33 tahun
2. Keluhan
: sakit perut tembus ke belakang sejak pukul 07.00
3. Anamnesis
: Hamil anak ke-2
4. Pemeriksaan
fisis :
a. Tanda Vital Ibu normal
b.
Tinggi fundus 3 jari di bawah Prosesus xyphoideus
c. Jarak simfisis pubis – tinggi fundus uteri 37
cm
d.
Lingkar pinggang ibu 95 cm
•
Pukul 07.00
–
Fundus
uteri 3 jari bawah proc. Xhypoideus
–
Punggung
bayi kanan ibu
–
Djj
: 140x/menit
–
HIS
: 2x dalam 10 menit dgn durasi 25-30 detik
–
Pembukaan
4, selaput ketuban teraba, penurunan hodge 2 dgn kondisi panggul cukup
•
Pukul 10.00
–
Keluar
air jernih dari kemaluan
–
DJJ
: 130x/ menit
–
HIS
: 3 x / 10 menit dgn durasi 25-30 detik
–
Terendah
kepala 3/5
–
Pembukaan
6 cm,
selaput ketuban tidak teraba
–
Hodge
2
Pertanyaan :
I.
Bagaimana anatomi dari organ reproduksi
wanita dan jalan lahir?
II.
Jelaskan mengenai kala persalinan dan
mekanisme persalinan normal?
III.
Jelaskan macam-macam letak bayi?
IV.
Jelaskan tentang His dan
karakteristiknya?
V.
Bagaimana cara menghitung usia kehamilan ibu?
VI.
Bagaimana cara mengisi partograf?
VII.
Jelaskan Endokrin dalam masa kehamilan dan
Persalinan?
VIII.
Apa yang dimaksud dengan Distosia?
IX.
Faktor apa saja yang menyebabkan Distosia?
Jawaban
:
I.
Anatomi sistem reproduksi wanita dan
jalan lahir
Anatomi
jalan lahir terdiri atas :
Bagian
keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan sendi-sendinya (artikulasio)
dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligament-ligamen.
Tulang-tulang
panggul terdiri dari :
Os
koksa yang terdiri atas: Os illium (Krista illiaka, spina ischiadika
anterior posterior, spina illiaka anterior inferior, spina illiaka posterior
inferior dan spina illiakaposterior superior, os iskium, os pubis).
Terdapat empat sendi panggul yakni simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan
kanan dan sendi sakrokoksigeus. Kemudian os sacrum dan os koksigis, sakrum dan
koksigis membentuk bagian posterior pelvis. Sakrum dibentuk dari
penyatuan lima vertebra sakral, termasuk penanda tulang yang penting pada
promontorium sakrum, dan menggabungkan koksigis pada simfisis
sakrokoksigea. Os koksigis dibentuk dari penyatuan empat vertebra
rudimenter, dan os koksigis merupakan penanda tulang yang penting.
Secara
fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis
minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis
disebut juga false pelvis. Pelvis minor adalah bagian terletak di bawah
linea terminalis atau di sebut true pelvis. Bentuk pelvis minor menyerupai
suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan. (sumbu carus). Sumbu
ini merupakan garis menghubungkan titik persekutuan antara diameter tranversa
dan konjungata vera pada pintu atas panngul dengan titik sejenis di hodge II,
III dan IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum,
untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai lengkungan sacrum. Hal ini penting
untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan
cuman itu disesuaikan dengan jalanya sumbu jalan lahir.
Pintu
atas panggul (pelvic inlet) saluran ini normal berbentuk hampir bulat. Bidang
bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, akan
tetapi terdiri dari 2 bidang disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet).
Di
antara ke 2 pintu ini tedapat ruang panggul (pelvi cafiti). Ruang panggul
mempunyai ukuran paling luas di bawah pintu atas panggul, akan tetapi
menyempit pada ruang tengah untuk kemudian menjadi luas lagi sedikit.
penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
isdiadika yang kadang menonjol dalam ruang panggul.
Pintu
Atas Panggul
PAP
adalah batas dari pinggul kecil, bentuknya bulat oval. Batas-batasnya:
promotorium, linea innominata dan pinggir atas symphisis.
Biasanya
3 ukuran ditentukan dari PAP :
1) Ukuran
muka belakang diameter anterior posterior – konjugata vera panjangnya 11 cm
dari promotorium ke pinggir atas sympisis conjugata obstetric antara
promotorium dengan tonjolan sympisis sedikit dibawah pinggir atas sympisis ini
sangat penting. Pada wanita hidup conjugate vera tidak dapat diukur langsung
tapi dapat diperhitungkan dari konjugata diagonalis dari promotorium ke pinggir
bawah sympisis CV = CD – (1,5 cm – 2 cm).
2)
Ukuran melintang yaitu jarak antara linea terminalis (diameter tranversal)
adalah ukuran terbesar antara linea innominata di ambil tegak lurus pada
conjungata vera (12,5 – 13 cm).
3) Ukuran
serong (diameter obliqua) dari articulatio sacro iliaca ke tuberculum pubicum
dari belahan panggul yang bertentangan (12,5 – 13 cm)
Jenis
pelvis
1) Jenis
ginekoid: panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir
bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter
trasversa. Jenis ini ditemukan pada 45 % perempuan.
2) Jenis
android: bentuk pintu atas panggul hampit segi tiga. Umumnya pria mempunyai
jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter
transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sacrum dengan
demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya
menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan pada 15 % perempuan.
3)
Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur.
Panjang diameter antero-posterior lebih besar dari pada diameter
transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan.
4) Jenis
platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit., pada
arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ulkuran muka
belakang.
Gambar jenis-jenis panggul
Pintu
Bawah Panggul
Pintu
bawah panggul bukan satu bidang tetapi terdiri dari dua segitiga dengan dasar
yang sama ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadikum kiri kanan.
Segitiga depan dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis.
Segitiga belakang adalah ujung os sacrum, sisinya adalah ligamentum sacro
tuberosum kiri kanan. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut (arcus pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini 90
derajat atau lebih sedikit. Bila kurang sekali dari 90 derajat maka janin akan
lebih sulitdilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Jarak
antara kedua tuber iskii diambil dari bagian dalamnya adalah kurang lebih 10,5
cm.
Ruang
panggul (pelvic cavity)
Di
antara ke 2 pintu ini tedapat ruang panggul ( pelvi cafiti). Ruang panggul
mempunyai ukuran paling luas di bawah pintu atas panggul, akan tetapi
menyempit pada ruang tengah untuk kemudian menjadi luas lagi sedikit.
penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
isdiadika yang kadang menonjol dalam ruang panggul.
Gambar ruang panggul
Bidang
hodge
Bidang-bidang
hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin
turun dalam panggul dalam persalinan.
1) Bidang
hodge 1 : ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisi dan promotorium.
Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
2) Bidang
hodge 2 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1 terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
3) Bidang
hodge 3 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1 dan 2 terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang hodge 3 ini
disebut juga bidang O. Kepala yang berada diatas 1 cm disebut (-1) atau
sebaliknya.
4) Bidang
hodge 4 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1, 2 dan 3 terletak
setinggi os koksigis.
Ukuran-ukuran panggul
Ukuran-ukuran
luar panggul ini dapat digunakan bila peilvimetri radiologic tidak dapat di
lakukan.Dengan cara ini dapat di tentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan
ukuran-ukuran panggul apabila di kombinasikan dengan pemeriksaan dalam.
Alat-alat yang di pakai antara lain jangka-jangka panggul Martin, Oseander,
Collin, dan Boudeloque
Yang
diukur sebagai berikut :
1)
Distansia spinarum (±24 cm-26 cm) : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.
2) Distansia
kristarum (± 28 cm-30 cm) : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-ukuran ini
tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai normal,
dapat di curigai panggul itu patologik.
3) Distansia
oblikua eksterna (ukuran miring luar) : jarak antara spina iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka
posterior dekstra ke spina iliaka anterior superiorsinistra. Kedua ukuran ini
bersilangan. Jika panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda
akan tetapi jika panggul itu asimetik (miring), kedua ukuran jelas berbeda
sekali.
4)
Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5)
Konjugata eksterna (boudeloque) ± 18 cm : jarak antara bagian atas simfisis ke
prosesus spinosus lumbal 5.
6)
Distansia tuberum (± 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kana dan kiri.
Bagian lunak jalan lahir
Pada
kala pengeluaran ( kala II) ikut memebentuk jalan lahir segmen bawah uterus,
serviks uteri dan vagina. Pada akhir kehamilan 38 minggu serviks lebih pendek
dari pada waktu kehamilan 16 minggu. Umumnya serviks disebut matang bila teraba
sebagai bibir pada kehamilan 34 minggu.
Disamping
uterus dan vagina otot otot, jaringan jaringan ikat, dan ligament yang
berfungsi menyokong alat alat urogenitalis perlu diketahui oleh karena semuanya
mempengaruhi jalan lahir dan lahirnya kepala atau bokong pada partus.
Otot
otot yang menahan dasar panggul bagian luar adalah muskulus sfingterani
eksternum, muskulus bulbokafernosus yang melingkari vagina, dan muskulus
perinea transfersus superfisialis. Terdapat juga otot otot yang melingkari
vagina bagian tengah dan anus antara lain muskulus iliokogsigeus, muskulus
iskiofoksigeus, muskulus perinea transfersus profundus, dan muskulus koksigeus.
Lebih dalam lagi ditemukan otot dalam yang paling kuat di sebut diafragma
pelvis.
Anatomi
alat kandungan terdiri atas:
1) Alat
genitalia eksterna wanita
a. Mons
veneris
Bagian
yang menonjol diatas simfisis dan pada wanita dewasa ditumbuhi rambut kemaluan
b.
Labia mayora (bibir besar)
Terdiri
atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan
lemak yang serupa pd mons veneris. Kebawah dan ke belakang kedua labia mayora
bertemu membentuk komisura posterior
c. Labia
Minora (bibir-bibir kecil)
Suatu
lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Kedepan kedua bibir kecil
bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis, dan dibawah
klitoris frenulum klitoridis. Kebelakang kedua bibir kecil juga bersatu dan
membentuk fossa navikulare labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.
d. Klitoris
Klitoris
merupakan suatu bangunan sebesar kacang ijo yang terdiri dari:
Glans
litoris, korpus klitoris, krura klitoris, merupakan bagian yang erektil,
seperti penis pada pria. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf
sehingga sangat sensitif saat hubungan seks.
e. Vulva
Berbentuk
lonjong dengan ukuran panjang dari muka kebelakang dan dibatasi dimuka oleh
klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil, dan dibelakang oleh perineum.
Divulva 1-1,5cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang
kemih) berbentuk membujur 4-5mm. Tidak jauh dari lubang kemih dikiri dan
dikanan bawahnya dapat dilihat ostia skene (analog dengan prostat laki-laki).
Dikiri dan kanan bawah dekat fossa navikulare terdapat kelenjar
bartholin,
dengan ukuran diameter <1cm, pada koitus mengeluarkan getah lendir.
f. Introitus
Vagina
Mempunyai
bentuk dan ukuran yg berbeda-beda. Pada seorang virgo dilindungi oleh labia
minora, jika bibir kecil dibuka maka barulah dapat dilihat, ditutupi oleh
selaput dara (himen). Himen mempunyai bentuk yg berbeda-beda, konsistensinya
juga berbeda2 ada yg kaku sampai yg lunak sekali, umumnya robek pada saat
koitus. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari seujung jari,
sampai bisa dilalui oleh 2 jari. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi
saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar
rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada perempuan yang tidak
mempunyai introitus himenalis disebut Atresia Himenalis (Hymen Inferforata), akibatnya
darah mens tidak bisa keluar. Perineum, terletak antara vulva dan anus,
panjangnya
rata-rata 4 cm.
2)
Alat genitalia interna wanita
a.
Vagina
Merupakan
saluran muskulo-membranasea (ototselaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia
luar. Bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot
dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. Dinding vagina mempunyai
lipatan sirkuler (berkerut) yang disebut “rugae”. Ditengahnya ada bagian yg
lebih keras disebut kolumna rugarum, memungkinkan vagina pada persalinan
melebar. Dinding depan vagina berukuran 9cm dan dinding belakangnya 11cm. Pada
kehamilan terdapat hipervaskularisasi, vagina tampak kebiruan, disebut livide.
Disebelah depan dinding vagina depan bagian bawah terdapat uretra, sedangkan
bagian atasnya berbatasan dengan kandung kencing, sampai forniks anterior
vagina
b.Rahim
(Uterus)
Bentuk
rahim seperti buah pir/Alpukat, dengan : Berat sekitar 30 gr, ukuran panjang
uterus 7-7,5cm, lebar 5,25cm, tebal 2,5cm, tebal dinding 1,25 cm, terletak di
panggul kecil diantara rektum dan di depannya terletak kandung kemih. Hanya
bagian bawahnya disangga oleh ligamen yang Asuhan Kehamilan Normal kuat,
sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan.
Uterus
terdiri atas :
1. Fundus
uteri
Bagian
uterus proksimal, disitu kedua tuba falopii masuk uterus. Didalam klinik
penting untuk mengetahui sampai dimana fundus uteri berada oleh karena tuanya
kehamilan.
2. Korpus
uteri
Bagian
uterus yg terbesar pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai
tempat janin berkembang
3. Serviks
uteri
Terdapat
Ostium Uteri Internum, Ostium Uteri Eksternum dan kanalis servikalis
Ligamentum-ligamentum
yang mengfiksir uterus :
· Ligamentum
cardinale sinistra & dextra (Mackenrodt)
fungsinya:
Mencegah supaya uterus tidak turun. Di dalamnya terdapat pembuluh darah yaitu
arteria & vena uterine
· Ligamentum
Sakro Uterinum sinistra & dextra
Menahan
uterus supaya tidak dapat bergerak
· Ligamentum
Rotundum sinistra & dextra
Menahan
uterus dalam antefleksi, Pada perempuan hamil sering mengalami nyeri pada
daerah kaki bawah dikarenakan ligament rotundum tegang
· Ligamentum
Latum sinistra & dextra
Merupakan
suatu jaringan lapis tipis yang menutupi tuba uterine dan uterus di sebelah
belakang ligamentum latum terdapat ovarium/indung telur.
· Ligamentum
infundibulum pelvikum sinistra & dextra
Ligamentum
yang menahan tuba falopii berjalan dari arah infundibulum kedinding pelvis
c.
Tuba Falopii
Tuba
Fallopii berasal dari ujung ligamentum latum berjalan ke arah lateral, dengan
panjang sekitar 12 cm. Tuba Fallopii bukan merupakan saluran lurus, tetapi
mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi empat Asuhan
Kehamilan Normal bagian :
a.
Pars Interstitialis :Bagian yang terdapat pada dinding uterus
b.
Pars Ismika : Merupakan bagian medial tuba yg sempit seluruhnya
c.Pars
Ampularis : Bagian yg berbentuk sebagai saluran agal lebar, tempat konsepsi
terjadi.
d.
Infundibulum : Bagian ujung Tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai
fimbria
d. Ovarium
Wanita
umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Besar ovarium ± sebesar
ibujari tangan, dgn panjang ± 4cm, lebar &tebal ± 1,5cm. Indung telur
merupakan sumber hormonal perempuan yang paling utama, Indung telur
mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.
II.
Kala dalam persalinan dan mekanisme persalinan normal
1. Kala I
Dimulai dari
saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini berlangsung antara
18-24 jam ,terbagi dalam 2 fase yaitu:
a. Fase
laten : berlangsung selama 8 jam.Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3cm.
b. Fase
aktif dibagi dalam 3 fase yaitu
1) Fase
akselerasi: dalam waktu 3 jam pembukaan 3 cm tersebut menjadi 4 cm
2) Fase
dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4
cm menjadi 9 cm
3) Fase
deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari
9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase
tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multi gravid pun terjadi demikian,
akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida,
pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga
serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian osteum uteri eksternum
membuka. Pada multigrvida osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum
uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran ser viks terjadi
dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir
atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan
hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan
mencapai 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan seviks
uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
2. Kala II
Pada kala II
his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya dalam hal ini janin sudah masukruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasarpanggul,yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka, labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala tidak
masuk lagi di luar his, dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
3. Kala III
Setelah bayi
lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah.
4. Kala IV
Dimulai saat
plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum.Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc.
Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal. (
Prawirohardjo, 2007)
Mekanisme persalinan normal
1.
Engagement
Bila
diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan telah
menancap ( engaged ) pada pintu atas panggul.
2. Penurunan
Penurunan
adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat
tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi
fundus pada janin, dan kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada
tahap kedua persalinan
3. Fleksi
Segera
setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar
panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan kearah dada
janin.
4. Putaran
paksi dalam
Putaran
paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap kali terjadi
kon traksi kepala janin diarahkan kebawah lengkung pubis, dan kepala hampir
selalu berputar saat mencapai otot panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala
janin mancapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh perineum.
Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala
muncul keluar akibat ekstensi.
6.Restitusi
dan putaran paksi luar
Restitusi
adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga mencapai posisi yang
sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran paksi luar terjadi saat bahu
engaged dan turun dengan gerakan mirip dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu
keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi di
keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis.
III. LETAK DAN
BENTUK JANIN
POSITIO
OCCIPITO POSTERIOR PERSISTENS
Kebanyakan persalinan dengan positio occipito
posterior mengalami putaran paksi sehingga anak lahir dengan occiput di bawah
symphyse. Karena sudut pemutaran besar, maka kala II biasanya sedikit lebih
panjang. Putaran paksi ini baru terjadi di Hodge III maIahan kadang-kadang baru
terjadi di Hodge IV. Kalau pada positio occipito posterior putaran paksi tidak
terjadi maka kita sebut positio occipito
posterior persistens.
Sebab-sebab tidak terjadinya putaran paksi ialah
panggul anthro¬poid, panggul android, kesempitan panggul tengah, ketuban pecah
sebelum waktunya, fleksi kepala kurang, inertia uteri. Ada kalanya occiput
berputar ke belakang dan anak lahir dengan maka di bawah symphyse. Ini terutama
terjadi kalau fleksi kurang. Jadi hanya sebagian kecil (4%) dari position
occipito posterior memerlukan pertolongan operatip.
Gambar Mekanisme lahirnya kepala dengan ubun-ubun
kecil di belakang.
LETAK MUKA
Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi
maksimal, hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah. Punggung
terdapat dalam lordose dan biasanya terdapat di belakang.
Gambar a) Letak puncak kepala. b) Letak dahi. c)Letak muka.
Diagnosa:
v Dalam kehamilan.
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam
kehamilan kalau :
o tonjolan kepala teraba sefihak
dengan punggung dan antara be-lakang kepala dan punggung teraba sudut yang
running (sudut Fabre); tonjolan
kepala ini jugs bertentangan dengan fibak bagian-bagian kecil.
o bunyi jantung anak terdengar pada
fibak bagian-bagian kecil
Atas penemuan
tersebut di atas dibuat foto Rontgen.
v Dalam persalinan.
Dengan
pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup bescr teraba : orbita, hidung,
tulang pipi, mulut dan dagu. Karena muka agar lunak harus dibedakan dari
bokong.
LETAK DAHI
Letak dahi adalah letak kepala dengan defleksi yang
sedang hing-ga dahi menjadi bagian yang terendah.
Biasanya letak dahi bersifat sementara, dan dengan
majunya per¬salinan menjadi letak muka atau letak belakang kepala. Letak dahi
yang menetap agak jarang terjadi.Sebab-sebab letak dahi kira-kira sama dengan
sebab-sebab letak muka.
Diagnosa:
Dalam kehamilan letak dahi jarang dapat diketahui
karena dengan palpasi saja paling-paling dapat kita curiga letak defleksi ialah
kalau:
1.
Tonjolan
kepala teraba pada fihak punggung anak (bertentangan dengan bagian-bagian
kecil).
2.
Kalau bunyi
jantung anak dan bagian-bagian kecil anak sefihak.
Kalau atas
penemuan tersebut dibuat foto Röntgen maka dapat ditentukan letak dahi atau
letak muka.
Biasanya
letak dahi baru dapat di diagnosa waktu persa1inan kalau pembukaan sudah cukup
besar ; maka teraba sutura frontalis, ubun-ubun bestir, pinggir orbita dan
pangkal hidung.
D d ki dep. (letak dahi dengan dahi kiri depan) Pada
letak dahi teraba u2 besar, tidak teraba dagu. Kalau dagu dapat diraba diagnosa
ialah letak muka.
LETAK
SUNGSANG
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagt., bagian yang terendah (presentasi
bokong). Kejadian 3%.
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1.
Letak bokong
murni ; presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris "Frank breech". Bokong saja yang menjadi bagian sedangkan
kedua tungkai lurus ke atas.
2.
Letak bokong
kaki (presentasi
bokong kaki) di samping bokong teraba kaki dalam bahasa Inggeris "Complete breech". Disebut
letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalc¬di samping bokong teraba
kedua kaki atau satu kaki saja.
3.
Letak lutut
(presentasi lutut)
4.
Letak kaki
(presentasi kaki)
5.
Dalam bahasa Inggris kedua letak ini disebut disebut
"Incomplete breech". Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut
atau &my= teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut
sempurnz dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Dari letak-letak ini letak bokong
murni paling sexing dijumpc Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekwensi
letak sungscrn; lebih tinggi pada kehcrmilan muda dibandingkan dengan kehamilcm
a'terrne dan lebih banyak pada multigravidae dari pada primigravidae.
Diagnosa:
Pergerakan anak teraba oleh si ibu
di bagian perut bawah, bawah pusat, dan ibu sexing rnerasa benda keras (kepala)
mendesak tulang iga.
Pada palpasi teraba bagian keras,
bundar dan melenting pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah
satu sisi per dan bagian-bagian kecil pada fihak yang berlawanan. Di atas
sym¬physe teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
Bunyi jantung terdengar pada
punggung anak setinggi pusat Kalau pembukaan sudah besar makes pada pemeriksaan
dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tubera ossis ischii dan ujung os
sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan
deretan processi spinosi ditengah-tengah tulang tersebut.
Gambar
Macam-macam letak bokong.
LETAK
LINTANG
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau
hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu.
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka
juga di sebut presentasi bahu atau presentasi acromion. Jika punggung
terdapat sebelah depan disebut dorsoanterior
dan jika dibelakang disebut dorsoposterior.
Sebab-sebab :
Sebab-sebab
yang terpenting ialah :
·
dinding
perut yang kendur seperti pada multiparitas.
·
Kesempitan
panggul.
·
Plasena
praevia.
·
Prematuritas.
·
Kelainan
bentuk rahim seperti uterus arcuatus atau pada myoma uteri.
·
Kehamilan
ganda,
Diagnosa :
Pada inspeksi nampak bahwa perut melebar ke samping
dan fundus uteri rendah dari biasa, hanya beberapa jari diatas pusat, pada
kehamilan cukup bulan. Pada palpasi ternyata bahwa fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong sedangkan bagian-bagian besar (kepala
dan bokong) teraba disamping di atas fossa illiaca.
Jika teraba tahanan sebelah depan, maka punggung ada
sebelah depan, sebaliknya jika teraba tonjolan-tonjolan, maka ini disebabkan
oleh bagian-bagian kecil, sehingga punggung terdapat sebelah belakang.
Dalam persalinan maka dengan toucher dapat diraba sisi
thorax sebagai susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah
besar maka teraba scapula dan pada pihak yang bertentangan clavicular. Arah menutupnya ketiak menunjukan arah kepala.
Sering kali salah satu lengan menumbung untuk menentukan lengan mana yang
menumbung kita coba berjabat tangan, jika dapat berjabatan maka ini tangan
kanan.
LETAK
MAJEMUK (PRESENTASI GANDA, COMPOUND PRESENTATION)
Yang
dimaksud dengan letak majemuk ialah jika
disamping bagian terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada
letak bahu tidak disebut letak majemuk, begitupula adanya kaki disamping bokong
pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk.
Pada letak kepala dapat terjadi :
·
Tangan menumbung
·
Lengan menumbung
·
Kaki menumbung.
Pada tangan
menumbung hanya teraba jari dan telapak tangan di samping kepala, tidak teraba
pergelangan tangan.
Jika juga pergelangan tangan atau lebih teraba disebut
lengan menumbung. Tangan menumbung
prognosanya lebih baik dari lengan menumbung, karena tangan yang ceper
bentuknya tidak banyak mengambil tempat dibandingkan denngan lengan. Tangan
menumbung pada letak kepala tidak menghalangi turunnya kepala, hanya mungkin
menyebabkan terganggunya putaran paksi, sebaliknya lengan menumbung dapat
menghalangi turunnya kepala.
Kaki yang menumbung di samping kepala jarang terjadi
pada anak hidup yang cukup besar tapi kemungkinan pada anak yang sudah
bermacerasi, pada monstrum dan anak kecil, lebih besar ; juga dapat terjadi
pada kehamilan kembar dimana di samping kepala anak I menumbung kaki anak ke II
yang dalam letak sungsang.
Pada letak sungsang jarang sekali tangan teraba di
samping bokong dan keadaan ini biasanya menimbulkan kesukaran.
Pada letak majemuk, sering juga tali pusat menumbung
dan hal ini sangta memengaruhi prognosa.
TALI PUSAT
MENUMBUNG (PROLAPSUS FOENICULI)
Jika tali pusat teraba di samping atau lebih rendah
dari bagian depan sedangkan ketuban sudah pecah, maka disebut dengan tali pusat menumbung.
Tetapi, jika terjadi pada ketuban yang masih utuh
disebut dengan tali pusat terkemuka.
Dulu, diduga bahwa bahaya aspiksia anak, kurang pada
tali pusat terkemuka, tapi menurut pendapat sekarang bahwa bahaya tidak banyak
kurangnya hingga usah dibedakan antara tali pusat menumbung dan tali pusat
terkemuka dalam menentukan sikap dan terapi.
IV. His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus
yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba fallopi memasuki dinding
uterus, awal gelombang tersebut di dapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di
dinding uterus daerah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam
keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis
(jalan lahir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar. His biasanya
mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah) tanggal perkiraan
persalinan.
Terjadinya his, akibat :
1.
kerja hormon oksitosin
2. regangan dinding uterus oleh isi
konsepsi
3.
rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi
His yang baik dan ideal meliputi :
1.
kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2.
kekuatan terbeasar (dominasi) di daerah fundus
3.
terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
4.
terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
Pengukuran kontraksi uterus:
1. Amplitudo : intensitas
kontraksi otot polos(mmHg) ; bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2.
Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)
3.
Satuan his : unit Montevide (amplitudo x frekuensi)
Jenis perubahan
|
His palsu
|
His sejati
|
Karakteristik kontraksi
|
Tidak teratur & tidak semakin
sering (disebut kontraksi Braxton Hicks)
|
Timbul secara teratur, interval semakin pendek dan semakin kuat dan lama
rasa sakitnya, berlangsung selama 30-70 detik
|
Pengaruh gerakan tubuh
|
Jika ibu berjalan atau beristirahat
atau jika posisi tubuh ibu berubah, kontraksi akan menghilang/berhenti
|
Meskipun posisi/gerakan ibu berubah,
kontraksi tetap dirasakan
|
Kekuatan kontraksi
|
Biasanya lemah & tidak semakin
kuat (mungkin menjadi kuat lalu melemah)
|
Kontraksinya semakin kuat
|
Nyeri karena kontraksi
|
Abdomen bawah
|
Biasanya berawal di punggung dan
menjalar ke depan
|
Sifat his pada berbagai fase
persalinan:
• Kala
I awal (fase laten) -> timbul tiap 10menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama
20-30detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
• Kala
I lanjut ( fase aktif ) sampai kala I akhir -> terjadi peningkatan rasa
nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali/ 10 menit, lama
60-90 detik. serviks terbuka sampai lengkap (+ 10 cm)
• Kala
2 -> amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali/menit.
• Kala
3 -> amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini.
• Kala
4 -> his pegiring/ his Royan, kontraksi uterus tetap dipertahankan untuk
mengurangi perdarahan.
V. Menghitung usia kehamilan
1. Mempergunakan rumus Naegle.
Rumus naegele terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC= Expected Date of Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288 hari. Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat ditetapkan.
Rumus Naegle dapat dihitung hari haid pertama ditambah 7 (tujuh) dan bulannya dikurang 3 (tiga) dan Tahun ditambah 1 (satu).
a. Contohnya, haid hari pertama tanggal 11 april 2000, maka penghitungan perkiraan kelahiran adalah 11 + 7 = 18; 4 -3= 1, dan Tahun 2000+1 = 2001, sehingga dugaan persalinan adalah 18 Januari 2001.
b. Seorang ibu hamil memiliki HPHT 15-9-2005 dan diperiksa pada 27-11-2005. Maka umur kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL) adalah:
15-09-2005 = 2 minggu 1hari
31-10-2005 = 4 minggu 3 hari
27-11-2005 = 3 minggu 6 hari
Jumlah 9 minggu 10 hari
Berarti usia kehamilan : 10 minggu 3 hari
Jadi umur kehamilan saat diperiksa adalah 10 minggu 3 hari atau 10 minggu genap.
Cara menghitungnya:
1 minggu terdiri atas 7 hari.
a. Tanggal 15-09-2005, berarti hari ke-15. Ini sama dengan 2 x 7 hari = 14 hari + 1 hari (2 minggu lebih 1 hari)
b. Bulan Oktober (bulan 10) terdiri atas 31 hari. Ini berarti 4 x 7 hari = 28 hari + 3 hari atau sama dengan 4 minggu lebih 3 hari
c. tanggal 27-11-2005 berarti hari ke-27 sama dengan 3 x 7 hari = 21 hari + 6 hari (3 minggu lebih 6 hari). Sementara HPL dihitung dengan rumus Naegel = Hari + 7, Bulan ¬ 3 = 15 + 7, 9 ¬ 3 jadi HPL = 22-06-2005
Bila mempunyai kalender obstetrik maka usia kehamilan dan HPL dapat dilihat di tabel kalender tersebut.
2. Gerakan pertama fetus.
Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada umur hamil 16 minggu. maka perkiraan umur hamil dapat ditetapkan.
3. Perkiraan tingginya fundus uteri.
a. Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur hamil terutama tepat pada hamil pertama. Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus, atau prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.
Tinggi fundus uteri = Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis = 12 minggu
½ simfisis-pusat = 16 minggu
2/3 di atas simfisis = 20 minggu
Setinggi pusat = 22 minggu
1/3 di atas pusat = 28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus = 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus = 36 minggu
Dua jari (4cm) di bawah prosesus xifoideus = 40 minggu
Rumus naegele terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC= Expected Date of Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288 hari. Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat ditetapkan.
Rumus Naegle dapat dihitung hari haid pertama ditambah 7 (tujuh) dan bulannya dikurang 3 (tiga) dan Tahun ditambah 1 (satu).
a. Contohnya, haid hari pertama tanggal 11 april 2000, maka penghitungan perkiraan kelahiran adalah 11 + 7 = 18; 4 -3= 1, dan Tahun 2000+1 = 2001, sehingga dugaan persalinan adalah 18 Januari 2001.
b. Seorang ibu hamil memiliki HPHT 15-9-2005 dan diperiksa pada 27-11-2005. Maka umur kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL) adalah:
15-09-2005 = 2 minggu 1hari
31-10-2005 = 4 minggu 3 hari
27-11-2005 = 3 minggu 6 hari
Jumlah 9 minggu 10 hari
Berarti usia kehamilan : 10 minggu 3 hari
Jadi umur kehamilan saat diperiksa adalah 10 minggu 3 hari atau 10 minggu genap.
Cara menghitungnya:
1 minggu terdiri atas 7 hari.
a. Tanggal 15-09-2005, berarti hari ke-15. Ini sama dengan 2 x 7 hari = 14 hari + 1 hari (2 minggu lebih 1 hari)
b. Bulan Oktober (bulan 10) terdiri atas 31 hari. Ini berarti 4 x 7 hari = 28 hari + 3 hari atau sama dengan 4 minggu lebih 3 hari
c. tanggal 27-11-2005 berarti hari ke-27 sama dengan 3 x 7 hari = 21 hari + 6 hari (3 minggu lebih 6 hari). Sementara HPL dihitung dengan rumus Naegel = Hari + 7, Bulan ¬ 3 = 15 + 7, 9 ¬ 3 jadi HPL = 22-06-2005
Bila mempunyai kalender obstetrik maka usia kehamilan dan HPL dapat dilihat di tabel kalender tersebut.
2. Gerakan pertama fetus.
Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada umur hamil 16 minggu. maka perkiraan umur hamil dapat ditetapkan.
3. Perkiraan tingginya fundus uteri.
a. Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur hamil terutama tepat pada hamil pertama. Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus, atau prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.
Tinggi fundus uteri = Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis = 12 minggu
½ simfisis-pusat = 16 minggu
2/3 di atas simfisis = 20 minggu
Setinggi pusat = 22 minggu
1/3 di atas pusat = 28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus = 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus = 36 minggu
Dua jari (4cm) di bawah prosesus xifoideus = 40 minggu
Ketidak akuratan metode ini :
1. Wanita bervariasi pada jarak simfisis pubis ke prosesus xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik (imajiner) ini.
2. Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus.
Keuntungan :
1. Digunakan jika tidak ada Caliper atau pita pengukur.
2. Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidak sesuaian dan sebab kelainan tersebut.
b. Metode ini menggunakan alat ukur Caliper.
Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang terletak
ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu .
Keuntungan :
Lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom, Mc.Farlin dan Sitller)
Kerugian :
Jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur
c. Menggunakan pita pengukur yang mungkin merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan.
Keuntungan :
Lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah
digunakan dan Cukup akurat
Kerugian :
Kurang akurat dibandingkan caliper
d. Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus.
Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai berikut ;
a. Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
b. Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
Keuntungan :
Cukup akurat
Kerugian :
Rumit, tidak praktis
4.Ultrasonografi
a. Konfirmasi kehamilan. Embrio dalam kantung kehamilan dapat dilihat pada awal kehamilan 51/2 minggu dan detak jantung janin biasanya terobsevasi jelas dalam usia 7 minggu.
b. Mengetahui usia kehamilan. Untuk mengetahui usia kehamilan dapat dengan mengunakan ukuran tubuh fetus—sehingga dapat memperkirakan kapan tanggal persalinan.
Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi menggunakan 3 cara:
1. Dengan mengukur diameter kantong kehamilan (GS= Gestational Sac) untuk kehamilan 6-12 minggu.
2. Dengan mengukur jarak kepala bokong (GRI= Grown rump Length) untuk umur kehamilan 7-14 minggu.
3. Dengan mengukur diameter biparietal (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12 minggu.
a. Konfirmasi kehamilan. Embrio dalam kantung kehamilan dapat dilihat pada awal kehamilan 51/2 minggu dan detak jantung janin biasanya terobsevasi jelas dalam usia 7 minggu.
b. Mengetahui usia kehamilan. Untuk mengetahui usia kehamilan dapat dengan mengunakan ukuran tubuh fetus—sehingga dapat memperkirakan kapan tanggal persalinan.
Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi menggunakan 3 cara:
1. Dengan mengukur diameter kantong kehamilan (GS= Gestational Sac) untuk kehamilan 6-12 minggu.
2. Dengan mengukur jarak kepala bokong (GRI= Grown rump Length) untuk umur kehamilan 7-14 minggu.
3. Dengan mengukur diameter biparietal (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12 minggu.
VI. Partograf
adalah catatan grafik mengenai kemajuan
persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya
persalinan abnormal yang menjadi petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan dan
menemukan disproporsi kepala panggul (CPD) jauh sebelum persalinan menjadi
macet.
1.
Waktu pengisian partograf dan
penggunaannya.
Waktu
yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat dimana proses persalinan telah
berada dalam kala I fase aktif yaitu
saat pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV
(Saifuddin, 2002).
Partograf
harus digunakan untuk (1) semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sampai
kelahiran bayi sebagai elemen penting asuhan persalinan; (2) semua tempat
pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dan
lain-lain) ; (3) semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Bidan,
Dokter Umum, Residen, dan Mahasiswa Kedokteran).
2.
Isi partograf
Partograf dikatakan sebagai data yang
lengkap bila seluruh informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu
dan jam, kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dicatat
secara rinci sesuai cara pencatatan partograf (Depkes, 2008).
Isi partograf antara lain:
1)
Informasi tentang ibu
a)
Nama dan umur.
b)
Gravida, para, abortus.
c)
Nomor catatan medik/nomor puskesmas.
d)
Tanggal dan waktu mulai dirawat.
e)
Waktu pecahnya selaput ketuban.
2)
Kondisi janin:
a)
Denyut jantung janin.
b)
Warna dan adanya air ketuban.
c)
Penyusupan(molase) kepala janin.
3)
Kemajuan persalinan
a)
Pembukaan serviks.
b)
Penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin.
c)
Garis waspada dan garis bertindak.
4)
Waktu dan jam
a)
Waktu mulainya fase aktif persalinan.
b)
Waktu aktual saat pemeriksaan atau
penilaian.
5)
Kontraksi uterus
a)
Frekuensi kontraksi dalam waktu 10
menit.
b)
Lama kontraksi (dalam detik).
6)
Obat-obatan yang diberikan
a)
Oksitosin.
b)
Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang
diberikan.
7)
Kondisi ibu
a)
Nadi, tekanan darah dan temperatur
tubuh.
b)
Urin (volume, aseton atau protein).
8)
Asuhan, Pengamatan, dan Keputusan Klinik
lainnya (dicatat dalam kolom tersedia disisi partograf atau di catatan kemajuan
persalinan).
3.
Cara pengisian partograf.
Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu
pembukaan serviks 4 cm dan berakhir titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan
lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan
janin dinilai dan dicatat dengan cara:
1)
Denyut jantung janin : setiap ½ jam.
2)
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus :
setiap ½ jam.
3)
Nadi : setiap ½ jam.
4)
Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5)
Penurunan bagian terbawah janin : setiap
4 jam.
6)
Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap
4 jam.
7)
Produksi urin, aseton dan protein :
setiap 2 sampai 4 jam.
Cara
pengisian partograf yang benar adalah sesuai dengan pedoman pencatatan
partograf. Menurut Depkes RI (2008) cara pengisian partograf adalah sebagai
berikut:
2) Lembar
depan partograf.
a)
Informasi ibu ditulis sesuai identitas
ibu. Waktu kedatangan ditulis sebagai jam dan perhatikan kemungkinan ibu datang
dalam fase laten persalinan. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
b)
Kondisi janin.
(1)
Denyut Jantung Janin.
Nilai
dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika
terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit.
Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka 180 dan 100. Bidan harus
waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit (bradicardi) atau diatas 160 permenit (tachikardi).
Beri
tanda ‘•’ (tanda titik) pada kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan satu titik
dengan titik yang lainnya.
(2)
Warna dan adanya air ketuban.
Catat
warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina, menggunakan
lambang-lambang berikut:
U : Selaput ketuban Utuh.
J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban
Jernih.
M : Air ketuban bercampur Mekonium.
D
: Air ketuban bernoda Darah.
K
: Tidak ada cairan ketuban/Kering.
(3)
Penyusupan/molase tulang kepala janin.
Setiap
kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala
janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut:
0
: Sutura terpisah.
1
: Tulang-tulang kepala janin hanya
saling bersentuhan.
2
: Sutura tumpang tindih tetapi masih
dapat diperbaiki.
3
: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat
diperbaiki.
Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih
menandakan kemungkinan adanya CPD ( cephalo
pelvic disproportion).
c)
Kemajuan persalinan.
Angka
0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
(1)Pembukaan
serviks.
Saat
ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari
setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam. Cantumkan
tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
(2)Penurunan
bagian terbawah janin.
Untuk
menentukan penurunan kepala janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode
perlimaan. Tuliskan turunnya kepala janin dengan garis tidak terputus dari 0-5.
Berikan tanda ‘0’ pada garis waktu yang sesuai.
(3)
Garis waspada dan garis bertindak.
(a)
Garis waspada, dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm (jam ke 0), dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap (6
jam). Pencatatan dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada, maka harus dipertimbangkan adanya penyulit.
(b)
Garis bertindak, tertera sejajar dan
disebelah kanan (berjarak 4 jam) pada garis waspada. Jika pembukaan serviks
telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka menunjukkan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu harus
berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d)
Jam dan waktu.
(1) Waktu
mulainya fase aktif persalinan.
Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya
fase aktif persalinan.
(2) Waktu
aktual saat pemeriksaan atau persalinan.
Cantumkan
tanda ‘x’ di garis waspada, saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan.
e)
Kontraksi uterus.
Terdapat
lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama kontraksi dengan:
(1)
///
|
░
|
(2)
:
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
20-40 detik.
(3)
|
f)
Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
(1)
Oksitosin. Jika tetesan drip sudah
dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan
per volume cairan dan dalam satuan tetes per menit.
(2)
Obat lain dan caira IV. Catat semua
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
g)
Kondisi ibu.
(1) Nadi,
tekanan darah dan suhu tubuh.
(a) Nadi,
dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada kolom yang sesuai.
(b) Tekanan
darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada penyulit. Beri
tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
(c)
Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2
jam atau lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi.
Catat suhu tubuh pada kotak yang sesuai.
(2)
Volume urine, protein dan aseton.
Ukur
dan catat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu berkemih). Jika
memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urine.
3)
Lembar belakang partograf.
Lembar
belakang partograf merupakan catatan persalinan yang berguna untuk mencatat
proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi baru lahir (terlampir).
a)
Data dasar.
Data
dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat merujuk
dan masalah dalam kehamilan/persalinan ini.
b)
Kala I.
Terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.
c)
Kala II.
Kala
II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu
dan masalah dan penatalaksanaannya.
d)
Kala III.
Kala
III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III, pemberian
oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan
plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
e)
Kala IV.
Kala
IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
f)
Bayi baru lahir.
Bayi
baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin, penilaian
bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
VII. Adapun
hormon-hormon yang berperan dalam masa kehamilan
dan Persalinan:
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Hormon ini dihasilkan oleh embrio, pada saat terjadi implantasi, embrio akan merangsang kelenjar-kelenjar dalam dinding uterus untuk memproduksi hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Hormon ini berfungsi merangsang corpus luteum untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kadar HCG yang tinggi pada tiga bulan pertama kehamilan diperkirakan sebagai penyebab morning sickness. hormon HCG akan stabil pada trimester ke 2.
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Hormon ini dihasilkan oleh embrio, pada saat terjadi implantasi, embrio akan merangsang kelenjar-kelenjar dalam dinding uterus untuk memproduksi hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Hormon ini berfungsi merangsang corpus luteum untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kadar HCG yang tinggi pada tiga bulan pertama kehamilan diperkirakan sebagai penyebab morning sickness. hormon HCG akan stabil pada trimester ke 2.
Estrogen dan Progesteron
Hormon ini adalah hormon penting dalam kehamilan. Kedua hormon tersebut akan menyebabkan dinding uterus tetap tebal yang berguna sebagai implantasi dan memelihara janin. Progesteron mempersiapkan lapisan rahim untuk menerima telur yang sudah dibuahi dan merangsang perkembangan jaringan tubuh serta menimbulkan rasa tenang. Progesteron juga mencegah uterus untuk berkontraksi selama kehamilan sebelum mencapai waktu kelahiran. Bersama dengan estrogen, hormon progesteron juga berguna merangsang perkembangan kelenjar air susu, memperbesar payudara, dan membuat areola melebar dan lebih gelap. Adanya hormon estrogen menghambat kelenjar hipofisis mengeluarkan FSH dan LH, sehingga ovarium tidak memproduksi sel telur lagi. Itu sebabnya kenapa orang yang sedang hamil tidak mengalami menstruasi. plasenta akan menyekresikan sendiri progesteron untuk menjaga kehamilan, pada trimester kedua. Hormon estrogen dihasilkan oleh plasenta dengan fungsi menurunkan jumlah hormon progesteron sehingga kontraksi dinding rahim bisa berlangsung.
Relaxin
Hormon ini melembutkan rahim dan mengendurkan otot panggul untuk persiapan kelahiran. Dikeuarkan oleh corpus luteum dan plasenta.
Oksitosin (Oxytocin)
Oksitosin diproduksi di hypothalamus, pada kelenjar posterior pituitary “master gland” ini semua adalah bagian dari otak manusia yang bekerja salah satunya untuk mengatur system endokrin dalam tubuh manusia. Hormon ini adalah hormon reproduksi yang penting. Hormon ini juga sangat berperan untuk merangsang dan memperkuat kontraksi rahim saat bersalin dan mendorong janin keluar. Pada masa pascapersalinan, produksi oksitosin yang baik dapat mencegah terjadinya perdarahan dengan mempertahankan kontraksi uterus, juga berguna membantu rahim mengerut ke ukuran normal dan merangsang produksi ASI. Pancaran ASI (Air Susu Ibu) let-down reflex, reflek memancarnya ASI, dan ini sangat dipengaruhi oleh hormone dalam tubuh yaitu oksitosin. pada saat menyusui.
Prostaglandin
Hormon ini bertugas merangsang kehamilan. Perempuan memproduksi hormon ini ketika janin siap lahir. Cairan semen yang dikeluarkan pria ketika ejakulasi juga mengandung hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin dihasilkan oleh membran ekstraembrionik dengan fungsi meningkatkan kontraksi dinding rahim.
Endorphin
hormon endorphin menimbulkan rasa tenang dan menghilangkan rasa sakit. Hormon ini meningkat selama kehamilan dan memuncak saat persalinan/kelahiran. Beta endorphin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
Prolaktin
dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis yang akan
merangsang mioepitel dan bekerjasama dengan oksitosin merangsang pengeluaran
ASI. Mengeluarkan ASI untuk menyemprot keluar.
VIII. Distosia
Kelancaran persalinan
tergantung 3 faktor P utama : Kekuatan ibu (power),
keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).
(Faktor "P" lainnya : psychology, physician, position) Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kelambatan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut Distosia.
(Faktor "P" lainnya : psychology, physician, position) Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kelambatan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut Distosia.
IX. Faktor yang menyebabkan Distosia
A.
KELAINAN TENAGA (POWER)
Kelainan his merupakan
his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada
jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan yang tidak dapat diatasi
sehingga persalinan menjadi terhambat.
Etiologi :
·
Kelainan his sering dijumpai pada
primigravida tua, sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan
grandmulti
·
Factor herediter, emosi, dan ketakutan
memegang peranan penting
·
Salah pimpinan persalinan, atau salah
pemberian obat-obatan seperti oksitosin dan obat-obat penenang
·
Bagian terbawah janin tidak berhubungan
rapat dengan segmen bawah Rahim (kesalahan letak janin dan disproporsi
sefalopelvik)
·
Kelainan uterus
·
Kehamilan postmatur
Kelainan his terdiri atas :
a) Inersia
uteri : his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang di
bandingkan his yang normal.
·
Inersia uteri primer : kelemahan his
sejak dari permulaan persalinan.
·
Inersia uteri sekunder : kelemahan his
yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama
·
Diagnosis : paling sulit ditegakkan pada
masa laten sehingga membutuhkan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap
persalinan.
·
Penanganan : periksa keadaan serviks,
presentasi serta posisi janin, turunnya kepala janin dalam panggul, dan keadaan
panggul. Setelah itu, buat rencana untuk tindakan yang akan di kerjakan.
v Oksitosin
drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%, dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikkan
setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes per menit. Pemberian ini bermaksud agar
serviks dapat membuka dulu dan ibu dianjurkan beristirahat. Pada malam hari
berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya dapat diulang pemberian
oksitosin drips
v Bila
inersia disertai disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio
sesarea
v Bila
awalnya his kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus
telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada
gunanya pemberian oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai
dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (vakum atau seksio
sesarea)
b) Tetania
uteri/ hypertonic uterine contraction
(his terlalu kuat) : his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak
ada relaksasi Rahim.
·
Dapat menyebabkan terjadinya partus
presipitatus (partus yang selesai kurang dari 3 jam yang ditandai dengan sifat
his yang normal, tonus otot diluar his juga biasa namun kelainannya berada pada
kekuatan hisnya)
·
Bahaya bagi ibu : terjadinya perlukaan
luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum.
·
Bahaya bagi bayi : bias mengalami
perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam
waktu yang singkat
·
Penanganan :
v Berikan
obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan lahir dalam
waktu dekat (4-6 jam) kemudian.
v Bila
ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan seksio
sesarea
v Pada
partus presipitatus, tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir
secara tiba-tiba dan cepat.
c) Incoordinate uterine action
(aksi uterus inkoordinasi) : sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi
dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya menyebabkan tidak
efisiennya dalam mengadakan pembukaan apalagi pengeluaran janin.
·
Penderita biasanya seorang primigrivida
·
Kadang-kadang pada persalinan lama
dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus
sirkuler, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri
·
Penanganan: kelainan ini hanya dapat
diobati secara simptomatis karena belum ada obat yang dapat memperbaiki
koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Yang dapat dilakukan adalah
mengurangi tonus ototdan mengurangi ketakutan penderita dengan pemberian
analgetika (morfin dan petidi). Pada pembukaan belum lengkap, pertimbangkan
seksio sesarea
B. KELAINAN JANIN (PASSANGER)
PRESENTASI MUKA
Merupakan akibat kelainan Sikap (
Habitus ) berupa defleksi kepala maksimum.
Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi maksimum kepala
sehingga oksiput menempel dengan punggung janin dengan demikian maka yang
merupakan presentasi (bagian terendah) janin dan sekaligus denominator adalah mentum.
Dalam orientasinya dengan simfisis
pubis, maka presentasi muka dapat terjadi dengan mento anterior atau mento posterior.
Pada janin aterm dengan presentasi
muka mento-posterior, proses persalinan terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh
bagian belakang simfisis pubis. Dalam keadaan ini, gerakan fleksi kepala agar
persalinan pervaginam dapat berlangsung terhalang, maka persalinan muka spontan
per vaginam tidak mungkin terjadi.
Mentoposterior, dagu berada dibagian posterior .
Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung
bila dagu berputar ke anterior.
Bila dagu berada di anterior, persalinan
kepala per vaginam masih dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi
kepala.
Pada sejumlah kasus presentasi muka
dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut
sehingga dapat terjadi persalinan spontan per vaginam atau menggunakan
ekstraksi cunam.
Pada tahun 1995 sampai 1999 , angka
kejadian presentasi muka di Parkland Hospital sekitar 1 : 2000 persalinan.
Pemeriksaan Radiologis pada presentasi muka
(hiperekstensi kepala dan tulang belakang janin)
Etiologi :
- Tumor leher janin
- Lilitan talipusat
- Janin anensepalus
- Kesempitan panggul dengan janin
yang besar
- Grande multipara dengan perut
gantung (pendulous abdomen)
Mekanisme persalinan pada presentasi
muka:
Presentasi muka jarang terjadi bila
kepala masih diatas Pintu Atas Panggul.
Umumnya keadaan diawali dengan
presentasi dahi yang kemudian pada proses desensus berubah menjadi presentasi
muka .
Mekanisme persalinan terdiri dari
densensus – putar paksi dalam – fleksi – ekstensi dan putar paksi luar.
Mekanisme persalinan pada presentasi muka
mentoposterior.
Terjadi putar paksi dalam sehingga dagu berputar
keanterior dan lahir pervaginam
Tujuan Putar Paksi Dalam adalah agar
dagu berada dibelakang simfisis pubis oleh karena hanya pada posisi ini kepala
janin dapat melewati perineum melalui gerakan fleksi.
Setelah Putar Paksi Dalam dagu
kedepan selesai dan tahapan desensus berikutnya berlangsung, maka dagu dan
mulut nampak di vulva dan persalinan kepala berlangsung melalui gerakan fleksi.
Setelah kepala lahir, oksiput akan
mendekati anus dan dagu berputar seperti saat memasuki Pintu Atas Panggul.
Persalinan bahu berlangsung seperti pada presentasi belakang kepala.
Pada presentasi muka, edema akan
merubah bentuk wajah
Molase juga terjadi dan menyebabkan
bertambah panjangnya diameter occipitomentalis
Penatalaksanaan:
Bila ukuran panggul normal dan
kemajuan proses persalinan berlangsung secara normal, persalinan pervaginam
pada presentasi muka dapat berlangsung dengan wajar.
Observasi Detik Jantung Janin
dilakukan dengan monitor eksternal.
Presentasi muka sering terjadi pada
panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus
dilakukan.
Usaha untuk merubah presentasi muka
menjadi presentasi belakang kepala , pemutaran posisi dagu posterior menjadi
dagu anterior secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi
dalam era obstetri modern tidak lagi dikerjakan.
PRESENTASI
DAHI
Bentuk dari Kelainan Sikap ( habitus
) berupa gangguan defleksi moderate.
Presentasi yang sangat jarang.
Diagnosa ditegakkan bila VT pada PAP
meraba orbital ridge dan
ubun-ubun besar.
Presentasi dahi
Pada gambar 20.5 diatas, terlihat bahwa kepala berada diantara posisi
fleksi sempurna dengan ekstensi sempurna.
Kecuali pada kepala yang kecil atau
panggul yang sangat luas, engagemen kepala yang diikuti dengan persalinam
pervaginam tak mungkin terjadi.
Diagnosis
Presentasi dapat dikenali melalui
pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu dan oksiput dapat diraba dengan mudah.
Diagnosa dipastikan dengan VT dan
teraba sutura frontalis – ubun-ubun besar – orbital ridges – mata atau pangkal
hidung. Kadang-kadang dagu juga dapat diraba melalui pemeriksaan VT.
Etiologi
Etiologi sama dengan penyebab
presentasi muka.
Presentasi dahi sering merupakan
keadaan “temporer” dan dalam perjalanan persalinan selanjutnya dapat spontan
berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
Mekanisme persalinan
Pada janin kecil atau panggul luas
persalinan pervaginam biasanya berlangsung dengan mudah.
Pada janin aterm dengan ukuran
normal, persalinan pervaginam sulit berlangsung oleh karena engagemen tidak
dapat terjadi sampai adanya molase hebat yang memperpendek diameter
occipitomentalis atau sampai terjadinya fleksi sempurna atau ekstensi menjadi
presentasi muka.
Persalinan pervaginam pada
presentasi dahi yang persisten hanya dapat berlangsung bila terdapat molase
berlebihan sehingga bentuk kepala berubah.
Molase berlebihan akan menyebabkan
caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi menjadi sulit.
Pada presentasi dahi yang bersifat
sementara (penempatan dahi) , progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila
presentasi dahi sudah bersifat menetap, prognosis persalinan pervaginam sangat
buruk kecuali bila janin kecil atau jalan lahir sangat luas.
Prinsip penatalaksanaan sama dengan
pada presentasi muka.
LETAK
LINTANG
Sumbu panjang janin tegak lurus
dengan sumbu panjang tubuh ibu.
Kadang-kadang sudut yang ada tidak
tegak lurus sehingga terjadi letak
oblique yang sering bersifat sementara oleh karena akan berubah
menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong (“unstable lie”)
Pada letak lintang, bahu biasanya
berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan kepala berada pada fossa
iliaca
Deskripsi letak lintang : akromial
kiri atau kanan dan dorso-anterior atau dorso-posterior
Angka kejadian 1 : 300 persalinan
tunggal (0.3%)
Diagnosis
- Diagnosa biasanya mudah dan
kadang-kadang hanya melalui inspeksi dimana abdomen terlihat melebar
dengan fundus uteri sedikit diatas umbilikus.
- Tidak ada kutub janin yang
teraba dibagian fundus dan kepala teraba di fossa iliaca.
- Pada dorso-posterior, teraba
bagian kecil pada palpasi dinding abdomen.
- VT pada persalinan dini dapat
meraba tulang rusuk, bila pembukaan servik sudah bertambah maka dapat
teraba skapula dan klavikula. Arah penutupan aksila menunjukkan arah bahu
dan lokasi kepala.
- Pada persalinan lanjut, bahu
terperangkap dalam jalan lahir dan seringkali disertai prolapsus lengan
dan keadaan ini disebut letak lintang kasep - neglected transverse lie.
Etiologi
- Grandemultipara akibat dinding
abdomen yang kendor
- Janin Preterm
- Plasenta previa
- Kelainan anatomis uterus
- Hidramnion
- Panggul sempit
Wanita yang sudah mengalami
persalinan > 4 kali dengan bayi aterm memiliki kemungkinan mengalami
kehamilan dengan presentasi lintang 10 kali lipat nulipara.
Kekendoran otot abdomen yang
mengakibatkan perut gantung (“pendulous
abdomen”) dapat menyebabkan uterus jatuh kedepan sehingga sumbu panjang
janin menjauh dari sumbu jalan lahir.
Letak plasenta pada Segmen Bawah
Rahim dan kesempitan panggul dapat menyebabkan gangguan akomodasi bagian
terendah janin sehinga terjadi letak lintang.
Mekanisme persalinan
Letak lintang kasep (“neglected transverse lie”)
Terdapat lingkaran muskular (pathological
retraction ring-Bandl” ) diatas SBR yang sudah sangat menipis. Tekanan His disebarkan secara sentripetal pada dan diatas lingkaran
retraksi patologissehingga regangan terus bertambah dan menyebabkan robekan
pada SBR.
Persalinan spontan pervaginam pada
janin aterm normal dengan presentasi lintang tidak mungkin berlangsung. Setelah
selaput ketuban pecah, lengan janin memasuki panggul dan menyebabkan prolapsus
lengan.
Kontraksi
uterus selanjutnya akan menyebabkan bahu masuk kedalam SBR dan menyebabkan
regangan SBR berlebihan yang dapat berakhir dengan ruptura uterus (“neglected transverse lie”).
Bila janin kecil (kurang dari 800 gram) dan panggul cukup luas, persalinan
pervaginam dapat berlangsung bila his yang cukup kuat untuk melipat tubuh janin
agar melewati PAP dan persalinan berlangsung dengan mekanisme conduplicatio corporae.
Penatalaksanaan
Presentasi lintang pada awal
persalinan adalah indikasi untuk melakukan SC.
Pada minggu ke 39 sebelum persalinan
atau pada awal persalinan, bila selaput ketuban masih utuh dapat dilakukan
tindakan versi luar pada presentasi lintang tanpa disertai komplikasi lain .
Pada saat melakukan SC, akibat
terperangkapnya tubuh janin dalam SBR maka insisi uterus lebih baik dilakukan
secara vertikal.
PRESENTASI
RANGKAP
Prolapsus lengan disamping bagian
terendah janin.
Presentasi rangkap. Tangan kiri berada didepan
bagian terendah janin dan biasanya desensus kepala dapat berlangsung normal.
Angka kejadian dan Etiologi:
Angka kejadian 1 : 700 persalinan
Keadaan ini disebabkan oleh hambatan
penutupan PAP oleh kepala janin secara sempurna antara lain seperti yang
terjadi pada persalinan preterm.
Prognosis dan Penatalaksanaan
- Angka kematian perinatal
meningkat sebagai konsekuensi dari :
- persalinan
preterm,
- prolapsus
talipusat dan
- prosedur
obstetrik yang traumatik.
- Pada sebagian besar kasus,
penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena jarang mengganggu
jalannya persalinan dan umumnya tangan janin secara reflektoar akan
ditarik sehingga tidak lagi mengganggu jalannya persalinan.
- Tindakan yang bisa dikerjakan
adalah dengan mereposisi tangan dan menurunkan kepala kedalam jalan lahir
secara bersamaan.
Tebes dkk (1999) melaporkan adanya
janin yang mengalami nekrosis iskemik pada tangan yang selanjutnya sampai
memerlukan amputasi.
POSISIO
OKSIPITALIS POSTERIOR
Satu bentuk kelainan putar paksi
dalam ( internal rotation ) pada proses persalinan.
Pada 10% kehamilan, kepala masuk PAP
dengan oksiput berada pada segmen posterior panggul.
Sebagian besar keadaan ini terjadi
pada arsitektur panggul yang normal, namun sebagian kecil terjadi pada bentuk
android.
Diagnosa ditegakkan melalui palpasi
abdomen dimana punggung janin teraba disatu sisi pinggang ibu dan dilokasi
tersebut DJJ terdengar paling keras.
Pada persalinan aktif, pemeriksaan
VT dapat memberi informasi yang lebih banyak dengan terabanya occiput dan
ubun-ubun besar .
Posisio Occipitalis Posterior
Pemeriksaan Vaginal : ubun ubun kecil kiri belakang
Selama persalinan berlangsung,
kepala janin memperoleh tekanan kearah pelvis sehingga terjadi fleksi kepala.
Setelah dilatasi lengkap, proses persalinan selanjutnya dapat terjadi melalui
satu dari 3 kemungkinan dibawah :
Kemungkinan arah Putar Paksi Dalam ( PPD) pada
posisio oksipitalis posterior
- 65% kasus, kepala melakukan PPD
sejauh 1350 sehingga occiput berada dibelakang simfisis (rotasi panjang) → persalinan
spontan pervaginam normal.
- 20% kasus, kepala tidak dapat
melakukan PPD secara lengkap sehingga ubun-ubun kecil berada dikiri atau
dikanan (deep tranverse arrest).
- 15% kasus, terjadi PPD 450
kearah posterior (rotasi pendek)
→ positio occipitalis
posterior persisten.
Kepala melakukan PPD sejauh 1350
sehingga occiput berada dibelakang simfisis (rotasi panjang) → persalinan
spontan pervaginam normal.
15% kasus, terjadi PPD 450 kearah
posterior (rotasi pendek) → positio occipitalis posterior persisten.
Persalinan pervaginam dapat terjadi
melalui berbagai kemungkinan :
1. Persalinan spontan.
2. Ekstraksi cunam dengan occiput
posterior.
3. Rotasi manual menjadikan occiput
anterior dan diikuti dengan persalinan spontan atau dengan ekstraksi cunam.
4. Rotasi dengan cunam kearah
occiput anterior dan kemudian dilahirkan.
Prognosis
Fitzpatrick dkk (2001) , Ponkey dkk
(2003) : membandingkan prognosa antara 246 pasien POPPersisten dengan presentasi occiput anterior (POA) dan
tercatat adanya komplikasi persalinan yang lebih tinggi pada POPP dibandingkan
pada POA.
Hanya 40% kasus POPP yang dapat
mengalami persalinan spontan pervaginam.
12% kasus POPP berakhir dengan SC
atas indikasi distosia.
Posisi Oksipitalis Tranversal
Persisten
(deep
tranverse arrest – letak malang melintang rendah)
Pada arsitektur panggul normal,
posisi occiput tranversal umumnya bersifat sementara (penempatan) sebelum
berakhir sebagai posisi occiput anterior atau posterior.
Bila kontraksi uterus cukup kuat,
dapat terjadi PPD keanterior dan persalinan dapat berlangsung secara normal
atau dengan bantuan ekstraksi cunam outlet.
Bila kontraksi uterus tidak kuat
atau terdapat kelainan bentuk panggul, persalinan pervaginam mungkin
berlangsung dengan didahului oleh tindakan rotasi manual kepala dan dilanjutkan
dengan persalinan ekstraksi cunam dengan occiput di anterior atau di posterior.
Etiologi posisi occipitalis
tranversal tidak selalu sederhana. Panggul jenis platipeloid atau android tidak
memiliki cukup ruangan untuk terjadinya rotasi kepala.
Pada panggul android, engagemen
tidak terjadi sehingga kulit kepala sering terlihat didepan introitus vagina
sebagai akibat adanya molase dan pembentukan caput yang berlebihan. Dalam
keadaan ini tindakan persalinan dengan cunam harus dilakukan secara hati-hati
dan tidak dipaksakan.
DISTOSIA
AKIBAT HIDROSEPALUS
Hidrosepalus : penumpukan cairan
cerebro spinal yang berlebihan menyebabkan pembesaran kepala janin.
Seringkali disertai dengan kelainan
lain terutama NTD’s.
BPD normal pada kehamilan aterm
berkisar antara 32 – 38 cm ; pada hidrosepalus dapat melebihi 50 cm dan bahkan
ada yang mencapai 80 cm.
Volume CSF umumnya mencapai 500 –
1500 ml dan bahkan dapat mencapai 5 liter
Pada 1/3 kasus disertai dengan
presentasi sungsang.
Diagnosa dengan ultrasonografi lebih
mudah dilakukan yaitu dengan mengukur diameter ventrikel lateral dan ketebalan
cortex cerebri serta membandingkan ukuran kepala dengan ukuran thorax dan
abdomen.
DISTOSIA
AKIBAT PEMBESARAN ABDOMEN
Pembesaran abdomen janin dapat
menyebabkan distosia
Pembesaran abdomen janin dapat
terjadi oleh karena :
- Vesika urinaria yang penuh.
- Pembesaran ginjal atau hepar.
- Asites
Diagnosa pembesaran abdomen janin
jarang ditegakkan sampai terjadinya distosia.
Bila diagnosa dapat ditegakkan
sebelum persalinan, keputusan melakukan SC harus dipertimbangkan.
Prognosa pada umumnya sangat buruk.
Pada 97% kasus, persalinan terjadi
pada presentasi kepala ; 3% pada presentasi sungsang ; 0.5% pada letak lintang.
Abdominal dystocia pada kehamilan 28 minggu akibat
pembesaran vesica urinaria
Persalinan dapat berlangsung pervaginam setelah
dilakukan pungsi VU setinggi umbilkus
Penampang menunjukkan bagian dalam VU dan tekanan
pada organ abdomen dan rongga thorax.
C.
KELAINAN JALAN LAHIR (PASSAGE)
Distosia karena
kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras /
tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
Kelainan
tulang panggul
Dapat berupa
:
1. Kelainan
bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.
2. Kelainan
ukuran panggul. Bentuk
panggul wanita yang paling ideal untuk persalinan adalah bentuk gynecoid
(klasifikasi Caldwell - Moloy). Variasi bentuk lain yaitu bentuk android,
antropoid, platipeloid (lihat juga kuliah panggul).
3.
Ukuran rata-rata panggul wanita
normal
Pintu atas panggul (pelvic inlet) :
Diameter transversa
(DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata
kedua diameter minimal 22.0 cm.
Pintu tengah panggul
(mid pelvis) :
Distansia
interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) +
11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
Pintu bawah panggul
(pelvic outlet) :
Diameter anterior
posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum +10.5 cm. Jumlah
rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila
jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul
tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.
Kemacetan persalinan paling sering terjadi pada
pintu atas panggul (H-I) atau pintu tengah panggul (sampai H-III). Kelainan
bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan yang
baik. Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidak penyakit
rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pelvimetri klinik atau
radiologik harus dapat menentukan perkiraan bentuk dan ukuran panggul dengan
baik. Pada keadaan panggul patologik, anak dengan berat janin di atas 2500 gram
akan sulit dilahirkan. Untuk itu dipertimbangkan sectio cesarea.
Normal
berat anak yang dilahirkan seorang ibu adalah antara 2500-4000 gram. Bayi
dengan berat badan lahir lebih dari 4000 g disebut makrosomia. Bayi dengan
berat badan lahir kurang dari 2500 g disebut bayi berat lahir rendah (bedakan
dengan prematuritas !! BBLR belum tentu prematur)
Ukuran
umum / tidak baku terhadap pembagian berat badan bayi normal : antara
3500 - 4000 g digolongkan bayi besar, antara 3000 - 3500 g termasuk sedang dan
antara 2500 - 3000 g tergolong kecil. Dengan demikian panggul disebut luas bila
panggul tersebut dapat dilewati oleh anak yang beratnya rata-rata 3500 - 4000
g, sedang bila dapat dilewati anak 3000 - 3500 g, sempit bila dapat dilewati
anak sampai 2500-3000g.
Kapasitas
pintu atas panggul (pelvic inlet capacity, IC) dan pintu tengah panggul
(midpelvic capacity, MC) dapat dihitung dengan rumus :
Misalnya setelah diperiksa dan dihitung dengan rumus, X = 95% dan Y = 80%. Interpretasinya adalah kapasitas inlet panggul dihitung dalam gram adalah 95% x 4000 g = 3800 g, dan kapasitas midpelvis adalah 80% x 4000 g = 3200 g. Maka kapasitas terkecil panggul itu adalah 3200 g, karena jika lebih dari itu bayi tidak akan dapat melewati midpelvis. Nilai ini disebut sebagai DAYA AKOMODASI PANGGUL (DAP).
Daya akomodasi panggul
Kemampuan
suatu panggul untuk dapat dilewati oleh anak terbesar, nilainya sama dengan
kapasitas terkecil bidang panggul tersebut.
Bentuk
dan ukuran panggul pada wanita dewasa umumnya tetap seumur hidup, kecuali jika
ada pengaruh trauma, infeksi panggul, atau tumor. Begitu pula daya akomodasi
panggul wanita tersebut akan tetap. Sehingga jika ada riwayat pemeriksaan
panggul dengan radiologi (Roentgen, CT scan atau ultrasonografi), jika tidak
ada kecurigaan yang memungkinkan terjadi perubahan tersebut, pemeriksaan tidak
perlu diulangi lagi.
Kelainan
bentuk panggul (panggul abnormal / patologik) : langsung sectio cesarean.
Kelainan ukuran panggul dengan bentuk normal : partus percobaan. Pada setiap
kehamilan atau persalinan yang dialami seorang wanita, yang dapat berubah
adalah berat badan janin. Besar atau berat janin ini dapat ditentukan dengan
pengamatan berdasarkan pengalaman atau dengan alat ultrasonografi. Kesalahan
penafsiran berat anak yang paling besar sebaiknya tidak melebihi 10% berat anak
yang sesungguhnya.
Pada kecurigaan / suspek CPD, dapat dilakukan partus percobaan pervaginam, dengan catatan kesiapan sarana untuk sectio cesarea cito harus ada.
Pada kecurigaan / suspek CPD, dapat dilakukan partus percobaan pervaginam, dengan catatan kesiapan sarana untuk sectio cesarea cito harus ada.
Partus
percobaan adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan
aterm, anak presentasi belakang kepala dengan suspek disproporsi sefalopelvik
(CPD).
Tujuan
tindakan partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD.
Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif. Penilaian dilakukan setiap 2 jam.
Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif. Penilaian dilakukan setiap 2 jam.
Yang dinilai
dalam partus percobaan :
·
kemajuan pembukaan serviks
·
turunnya kepala
·
putaran paksi dalam (memutarnya ubun-ubun kecil
ke depan)
Bila pada setiap penilaian per 2 jam tersebut terdapat perubahan yang bermakna komponen yang dinilai itu, maka partus percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada kemajuan Makassar, 23 Mei 2013
LAPORAN
PBL
SISTEM
REPRODUKSI
“PERSALINAN
MACET (DISTOSIA)”
Pembimbing : dr. Eddy Tiro, Sp.OG (K)
Disusun Oleh :
Kelompok 6
·
Kartika Pelango C111 11 298
·
Arliawan Arsadi
Ali C111 11 022
·
Ardy Ariady
Saruman C111 11 183
·
Isna Mustika C111 11 203
·
Lucky Randy C111
11 163
·
Aflah Dhea Bariz
Y. C111 11 280
·
Ditha Fadhila C111 11 145
·
Auliah Afriani
M. C111 11 316
·
Steni S.C. R.
Lembang C111 11 262
·
Astri Juniarsih C111 11 004
·
Arina Mardhiyah C111 11 334
·
Noor Adnan Setiawan C111 11 121
·
Andi
Erdiankuneng C111 11 370
·
M. Taufik A C111 09 257
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
MODUL 3 PERSALINAN MACET (DISTOSIA)
Skenario
2
Seorang wanita,
usia 33 tahun, tiba di unit gawat darurat RS pukul 07.00 dengan keluhan sakit
perut tembus ke belakang. Dari anamnesis diketahui ini adalah hamil anak kedua
dan keluhan sakit perut tembus ke belakang sejak tadi subuh. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan bahwa tanda vital batas normal, tinggi fundus 3 jari bawah
prosesus xyphoideus, punggung di kanan ibu, bagian terendah kepala, perlimaan
3/5. Jarak antara simfisis pubis – tinggi fundus uteri 37 cm, lingkar perut ibu
95 cm. Denyut jantung janin 140 x/mnt. His 2 x dalam 10 menit dengan durasi
25-30 dtk. Pembukaan serviks 4 cm, selaput ketuban teraba, penurunan sesuai
bidangHodge 2 dengan kondisi panggul dalam cukup. Pukul 10.00, ibu mengeluh
keluar air banyak berwarna jernih dari kemaluan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
Denyut jantung janin 130 x/mnt. His 3x dalam 10 menit dengan durasi 25-30 dtk.
Bagian terendah kepala, perlimaan 3/5. Pembukaan serviks 6 cm, selaput ketuban
tidak teraba, penurunan sesuai bidang Hodge 2.
Kata
Sulit :
1. Perlimaan
: Palpasi abdomen saat persalinan
Perlimaan
0 : Tidak teraba kepala
Perlimaan
1 : Teraba sinsiput, oksiput tidak teraba
Perlimaan
2 : Teraba sinsiput, oksiput teraba sebagian
Perlimaan
3 : Sinsiput mudah teraba, teraba oksiput
Perlimaan
4 :Sinsiput tinggi, oksiput mudah diraba
Perlimaan
5 : Di atas panggul
2. Bidang
Hodge : Garis khayal dalam panggul untuk mengetahui seberapa jauh penurunan
kepala janin pada panggul
Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP
dengan bagian atas symphisis dan promontorium
Hodge II : sejajar
hodge I, terletak setinggi bagian bawah symphisis
Hodge III :
sejajar hodge I dan II, terletak setinggi spina ischiadica kanan dan kiri
Hodge IV :
sejajar hodge I, II, dan III, terletak setinggi os coccygeus
3. His adalah
kontraksi otot polos dari dinding uterus yang dirasakan nyeri yang dimulai
sebagai gelombang dari salah satu sudut dimana tuba masuk ke dinding uterus
yang di sebut sebagai pace maker tempat his berasalan kekuatan yang mendorong janin dalam
persalinan sifatnya involunter, intermitten, terasa sakit, terkoordinasi dan
simetris, kadang-kadang dapat dipengaruhi dari luar secara kimia dan psikis.
Kata Kunci :
1. Wanita,
33 tahun
2. Keluhan
: sakit perut tembus ke belakang sejak pukul 07.00
3. Anamnesis
: Hamil anak ke-2
4. Pemeriksaan
fisis :
a. Tanda Vital Ibu normal
b.
Tinggi fundus 3 jari di bawah Prosesus xyphoideus
c. Jarak simfisis pubis – tinggi fundus uteri 37
cm
d.
Lingkar pinggang ibu 95 cm
•
Pukul 07.00
–
Fundus
uteri 3 jari bawah proc. Xhypoideus
–
Punggung
bayi kanan ibu
–
Djj
: 140x/menit
–
HIS
: 2x dalam 10 menit dgn durasi 25-30 detik
–
Pembukaan
4, selaput ketuban teraba, penurunan hodge 2 dgn kondisi panggul cukup
•
Pukul 10.00
–
Keluar
air jernih dari kemaluan
–
DJJ
: 130x/ menit
–
HIS
: 3 x / 10 menit dgn durasi 25-30 detik
–
Terendah
kepala 3/5
–
Pembukaan
6 cm,
selaput ketuban tidak teraba
–
Hodge
2
Pertanyaan :
I.
Bagaimana anatomi dari organ reproduksi
wanita dan jalan lahir?
II.
Jelaskan mengenai kala persalinan dan
mekanisme persalinan normal?
III.
Jelaskan macam-macam letak bayi?
IV.
Jelaskan tentang His dan
karakteristiknya?
V.
Bagaimana cara menghitung usia kehamilan ibu?
VI.
Bagaimana cara mengisi partograf?
VII.
Jelaskan Endokrin dalam masa kehamilan dan
Persalinan?
VIII.
Apa yang dimaksud dengan Distosia?
IX.
Faktor apa saja yang menyebabkan Distosia?
Jawaban
:
I.
Anatomi sistem reproduksi wanita dan
jalan lahir
Anatomi
jalan lahir terdiri atas :
Bagian
keras tulang-tulang panggul (rangka panggul) dan sendi-sendinya (artikulasio)
dan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan, dan ligament-ligamen.
Tulang-tulang
panggul terdiri dari :
Os
koksa yang terdiri atas: Os illium (Krista illiaka, spina ischiadika
anterior posterior, spina illiaka anterior inferior, spina illiaka posterior
inferior dan spina illiakaposterior superior, os iskium, os pubis).
Terdapat empat sendi panggul yakni simfisis pubis, sendi sakroiliaka kiri dan
kanan dan sendi sakrokoksigeus. Kemudian os sacrum dan os koksigis, sakrum dan
koksigis membentuk bagian posterior pelvis. Sakrum dibentuk dari
penyatuan lima vertebra sakral, termasuk penanda tulang yang penting pada
promontorium sakrum, dan menggabungkan koksigis pada simfisis
sakrokoksigea. Os koksigis dibentuk dari penyatuan empat vertebra
rudimenter, dan os koksigis merupakan penanda tulang yang penting.
Secara
fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan pelvis
minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis
disebut juga false pelvis. Pelvis minor adalah bagian terletak di bawah
linea terminalis atau di sebut true pelvis. Bentuk pelvis minor menyerupai
suatu saluran yang mempunyai sumbu melengkung ke depan. (sumbu carus). Sumbu
ini merupakan garis menghubungkan titik persekutuan antara diameter tranversa
dan konjungata vera pada pintu atas panngul dengan titik sejenis di hodge II,
III dan IV. Sampai dekat hodge III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum,
untuk seterusnya melengkung ke depan, sesuai lengkungan sacrum. Hal ini penting
untuk diketahui bila kelak mengakhiri persalinan dengan cunam agar arah penarikan
cuman itu disesuaikan dengan jalanya sumbu jalan lahir.
Pintu
atas panggul (pelvic inlet) saluran ini normal berbentuk hampir bulat. Bidang
bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas panggul, akan
tetapi terdiri dari 2 bidang disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet).
Di
antara ke 2 pintu ini tedapat ruang panggul (pelvi cafiti). Ruang panggul
mempunyai ukuran paling luas di bawah pintu atas panggul, akan tetapi
menyempit pada ruang tengah untuk kemudian menjadi luas lagi sedikit.
penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
isdiadika yang kadang menonjol dalam ruang panggul.
Pintu
Atas Panggul
PAP
adalah batas dari pinggul kecil, bentuknya bulat oval. Batas-batasnya:
promotorium, linea innominata dan pinggir atas symphisis.
Biasanya
3 ukuran ditentukan dari PAP :
1) Ukuran
muka belakang diameter anterior posterior – konjugata vera panjangnya 11 cm
dari promotorium ke pinggir atas sympisis conjugata obstetric antara
promotorium dengan tonjolan sympisis sedikit dibawah pinggir atas sympisis ini
sangat penting. Pada wanita hidup conjugate vera tidak dapat diukur langsung
tapi dapat diperhitungkan dari konjugata diagonalis dari promotorium ke pinggir
bawah sympisis CV = CD – (1,5 cm – 2 cm).
2)
Ukuran melintang yaitu jarak antara linea terminalis (diameter tranversal)
adalah ukuran terbesar antara linea innominata di ambil tegak lurus pada
conjungata vera (12,5 – 13 cm).
3) Ukuran
serong (diameter obliqua) dari articulatio sacro iliaca ke tuberculum pubicum
dari belahan panggul yang bertentangan (12,5 – 13 cm)
Jenis
pelvis
1) Jenis
ginekoid: panggul paling baik untuk perempuan. Bentuk pintu atas panggul hampir
bulat. Panjang diameter antero-posterior kira-kira sama dengan diameter
trasversa. Jenis ini ditemukan pada 45 % perempuan.
2) Jenis
android: bentuk pintu atas panggul hampit segi tiga. Umumnya pria mempunyai
jenis seperti ini. Panjang diameter anteroposterior hampir sama dengan diameter
transversa, akan tetapi yang terakhir ini jauh lebih mendekati sacrum dengan
demikian, bagian belakangnya pendek dan gepeng, sedangkan bagian depannya
menyempit ke depan. Jenis ini ditemukan pada 15 % perempuan.
3)
Jenis antropoid : bentuk pintu atas panggul agak lonjong, seperti telur.
Panjang diameter antero-posterior lebih besar dari pada diameter
transversa. Jenis ini ditemukan pada 35% perempuan.
4) Jenis
platipelloid : sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit., pada
arah muka belakang. Ukuran melintang jauh lebih besar daripada ulkuran muka
belakang.
Gambar jenis-jenis panggul
Pintu
Bawah Panggul
Pintu
bawah panggul bukan satu bidang tetapi terdiri dari dua segitiga dengan dasar
yang sama ialah garis yang menghubungkan kedua tuber ischiadikum kiri kanan.
Segitiga depan dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis.
Segitiga belakang adalah ujung os sacrum, sisinya adalah ligamentum sacro
tuberosum kiri kanan. Pinggir bawah simfisis berbentuk lengkung ke bawah dan
merupakan sudut (arcus pubis). Dalam keadaan normal besarnya sudut ini 90
derajat atau lebih sedikit. Bila kurang sekali dari 90 derajat maka janin akan
lebih sulitdilahirkan karena memerlukan tempat lebih banyak ke dorsal. Jarak
antara kedua tuber iskii diambil dari bagian dalamnya adalah kurang lebih 10,5
cm.
Ruang
panggul (pelvic cavity)
Di
antara ke 2 pintu ini tedapat ruang panggul ( pelvi cafiti). Ruang panggul
mempunyai ukuran paling luas di bawah pintu atas panggul, akan tetapi
menyempit pada ruang tengah untuk kemudian menjadi luas lagi sedikit.
penyempitan di panggul tengah ini disebabkan oleh adanya spina
isdiadika yang kadang menonjol dalam ruang panggul.
Gambar ruang panggul
Bidang
hodge
Bidang-bidang
hodge ini dipelajari untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin
turun dalam panggul dalam persalinan.
1) Bidang
hodge 1 : ialah bidang datar yang melalui bagian atas simfisi dan promotorium.
Bidang ini dibentuk pada lingkaran pintu atas panggul.
2) Bidang
hodge 2 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1 terletak setinggi
bagian bawah simfisis.
3) Bidang
hodge 3 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1 dan 2 terletak
setinggi spina iskiadika kanan dan kiri. Pada rujukan lain, bidang hodge 3 ini
disebut juga bidang O. Kepala yang berada diatas 1 cm disebut (-1) atau
sebaliknya.
4) Bidang
hodge 4 : ialah bidang yang sejajar dengan bidang hodge 1, 2 dan 3 terletak
setinggi os koksigis.
Ukuran-ukuran panggul
Ukuran-ukuran
luar panggul ini dapat digunakan bila peilvimetri radiologic tidak dapat di
lakukan.Dengan cara ini dapat di tentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan
ukuran-ukuran panggul apabila di kombinasikan dengan pemeriksaan dalam.
Alat-alat yang di pakai antara lain jangka-jangka panggul Martin, Oseander,
Collin, dan Boudeloque
Yang
diukur sebagai berikut :
1)
Distansia spinarum (±24 cm-26 cm) : jarak antara kedua spina iliaka anterior superior sinistra dan dekstra.
2) Distansia
kristarum (± 28 cm-30 cm) : jarak yang terpanjang antara dua tempat yang
simetris pada krista iliaka sinistra dan dekstra. Umumnya ukuran-ukuran ini
tidak penting, tetapi bila ukuran ini lebih kecil 2-3 cm dari nilai normal,
dapat di curigai panggul itu patologik.
3) Distansia
oblikua eksterna (ukuran miring luar) : jarak antara spina iliaka posterior
sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina iliaka
posterior dekstra ke spina iliaka anterior superiorsinistra. Kedua ukuran ini
bersilangan. Jika panggul normal, maka kedua ukuran ini tidak banyak berbeda
akan tetapi jika panggul itu asimetik (miring), kedua ukuran jelas berbeda
sekali.
4)
Distansia intertrokanterika : jarak antara kedua trokanter mayor.
5)
Konjugata eksterna (boudeloque) ± 18 cm : jarak antara bagian atas simfisis ke
prosesus spinosus lumbal 5.
6)
Distansia tuberum (± 10,5 cm) : jarak antara tuber iskii kana dan kiri.
Bagian lunak jalan lahir
Pada
kala pengeluaran ( kala II) ikut memebentuk jalan lahir segmen bawah uterus,
serviks uteri dan vagina. Pada akhir kehamilan 38 minggu serviks lebih pendek
dari pada waktu kehamilan 16 minggu. Umumnya serviks disebut matang bila teraba
sebagai bibir pada kehamilan 34 minggu.
Disamping
uterus dan vagina otot otot, jaringan jaringan ikat, dan ligament yang
berfungsi menyokong alat alat urogenitalis perlu diketahui oleh karena semuanya
mempengaruhi jalan lahir dan lahirnya kepala atau bokong pada partus.
Otot
otot yang menahan dasar panggul bagian luar adalah muskulus sfingterani
eksternum, muskulus bulbokafernosus yang melingkari vagina, dan muskulus
perinea transfersus superfisialis. Terdapat juga otot otot yang melingkari
vagina bagian tengah dan anus antara lain muskulus iliokogsigeus, muskulus
iskiofoksigeus, muskulus perinea transfersus profundus, dan muskulus koksigeus.
Lebih dalam lagi ditemukan otot dalam yang paling kuat di sebut diafragma
pelvis.
Anatomi
alat kandungan terdiri atas:
1) Alat
genitalia eksterna wanita
a. Mons
veneris
Bagian
yang menonjol diatas simfisis dan pada wanita dewasa ditumbuhi rambut kemaluan
b.
Labia mayora (bibir besar)
Terdiri
atas bagian kanan dan kiri, lonjong mengecil kebawah, terisi oleh jaringan
lemak yang serupa pd mons veneris. Kebawah dan ke belakang kedua labia mayora
bertemu membentuk komisura posterior
c. Labia
Minora (bibir-bibir kecil)
Suatu
lipatan tipis dari kulit sebelah dalam bibir besar. Kedepan kedua bibir kecil
bertemu dan membentuk diatas klitoris preputium klitoridis, dan dibawah
klitoris frenulum klitoridis. Kebelakang kedua bibir kecil juga bersatu dan
membentuk fossa navikulare labia ini analog dengan kulit skrotum pada pria.
d. Klitoris
Klitoris
merupakan suatu bangunan sebesar kacang ijo yang terdiri dari:
Glans
litoris, korpus klitoris, krura klitoris, merupakan bagian yang erektil,
seperti penis pada pria. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf
sehingga sangat sensitif saat hubungan seks.
e. Vulva
Berbentuk
lonjong dengan ukuran panjang dari muka kebelakang dan dibatasi dimuka oleh
klitoris, kanan dan kiri oleh kedua bibir kecil, dan dibelakang oleh perineum.
Divulva 1-1,5cm dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra eksternum (lubang
kemih) berbentuk membujur 4-5mm. Tidak jauh dari lubang kemih dikiri dan
dikanan bawahnya dapat dilihat ostia skene (analog dengan prostat laki-laki).
Dikiri dan kanan bawah dekat fossa navikulare terdapat kelenjar
bartholin,
dengan ukuran diameter <1cm, pada koitus mengeluarkan getah lendir.
f. Introitus
Vagina
Mempunyai
bentuk dan ukuran yg berbeda-beda. Pada seorang virgo dilindungi oleh labia
minora, jika bibir kecil dibuka maka barulah dapat dilihat, ditutupi oleh
selaput dara (himen). Himen mempunyai bentuk yg berbeda-beda, konsistensinya
juga berbeda2 ada yg kaku sampai yg lunak sekali, umumnya robek pada saat
koitus. Hiatus himenalis (lubang selaput dara) berukuran dari seujung jari,
sampai bisa dilalui oleh 2 jari. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi
saluran aliran darah menstruasi atau cairan yang dikeluarkan oleh kelenjar
rahim dan kelenjar endometrium (lapisan dalam rahim). Pada perempuan yang tidak
mempunyai introitus himenalis disebut Atresia Himenalis (Hymen Inferforata), akibatnya
darah mens tidak bisa keluar. Perineum, terletak antara vulva dan anus,
panjangnya
rata-rata 4 cm.
2)
Alat genitalia interna wanita
a.
Vagina
Merupakan
saluran muskulo-membranasea (ototselaput) yang menghubungkan rahim dengan dunia
luar. Bagian ototnya berasal dari otot levator ani dan otot sfingter ani (otot
dubur) sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. Dinding vagina mempunyai
lipatan sirkuler (berkerut) yang disebut “rugae”. Ditengahnya ada bagian yg
lebih keras disebut kolumna rugarum, memungkinkan vagina pada persalinan
melebar. Dinding depan vagina berukuran 9cm dan dinding belakangnya 11cm. Pada
kehamilan terdapat hipervaskularisasi, vagina tampak kebiruan, disebut livide.
Disebelah depan dinding vagina depan bagian bawah terdapat uretra, sedangkan
bagian atasnya berbatasan dengan kandung kencing, sampai forniks anterior
vagina
b.Rahim
(Uterus)
Bentuk
rahim seperti buah pir/Alpukat, dengan : Berat sekitar 30 gr, ukuran panjang
uterus 7-7,5cm, lebar 5,25cm, tebal 2,5cm, tebal dinding 1,25 cm, terletak di
panggul kecil diantara rektum dan di depannya terletak kandung kemih. Hanya
bagian bawahnya disangga oleh ligamen yang Asuhan Kehamilan Normal kuat,
sehingga bebas untuk tumbuh dan berkembang saat kehamilan.
Uterus
terdiri atas :
1. Fundus
uteri
Bagian
uterus proksimal, disitu kedua tuba falopii masuk uterus. Didalam klinik
penting untuk mengetahui sampai dimana fundus uteri berada oleh karena tuanya
kehamilan.
2. Korpus
uteri
Bagian
uterus yg terbesar pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama sebagai
tempat janin berkembang
3. Serviks
uteri
Terdapat
Ostium Uteri Internum, Ostium Uteri Eksternum dan kanalis servikalis
Ligamentum-ligamentum
yang mengfiksir uterus :
· Ligamentum
cardinale sinistra & dextra (Mackenrodt)
fungsinya:
Mencegah supaya uterus tidak turun. Di dalamnya terdapat pembuluh darah yaitu
arteria & vena uterine
· Ligamentum
Sakro Uterinum sinistra & dextra
Menahan
uterus supaya tidak dapat bergerak
· Ligamentum
Rotundum sinistra & dextra
Menahan
uterus dalam antefleksi, Pada perempuan hamil sering mengalami nyeri pada
daerah kaki bawah dikarenakan ligament rotundum tegang
· Ligamentum
Latum sinistra & dextra
Merupakan
suatu jaringan lapis tipis yang menutupi tuba uterine dan uterus di sebelah
belakang ligamentum latum terdapat ovarium/indung telur.
· Ligamentum
infundibulum pelvikum sinistra & dextra
Ligamentum
yang menahan tuba falopii berjalan dari arah infundibulum kedinding pelvis
c.
Tuba Falopii
Tuba
Fallopii berasal dari ujung ligamentum latum berjalan ke arah lateral, dengan
panjang sekitar 12 cm. Tuba Fallopii bukan merupakan saluran lurus, tetapi
mempunyai bagian yang lebar sehingga membedakannya menjadi empat Asuhan
Kehamilan Normal bagian :
a.
Pars Interstitialis :Bagian yang terdapat pada dinding uterus
b.
Pars Ismika : Merupakan bagian medial tuba yg sempit seluruhnya
c.Pars
Ampularis : Bagian yg berbentuk sebagai saluran agal lebar, tempat konsepsi
terjadi.
d.
Infundibulum : Bagian ujung Tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai
fimbria
d. Ovarium
Wanita
umumnya mempunyai 2 indung telur kanan dan kiri. Besar ovarium ± sebesar
ibujari tangan, dgn panjang ± 4cm, lebar &tebal ± 1,5cm. Indung telur
merupakan sumber hormonal perempuan yang paling utama, Indung telur
mengeluarkan telur (ovum) setiap bulan silih berganti kanan dan kiri.
II.
Kala dalam persalinan dan mekanisme persalinan normal
1. Kala I
Dimulai dari
saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini berlangsung antara
18-24 jam ,terbagi dalam 2 fase yaitu:
a. Fase
laten : berlangsung selama 8 jam.Pembukaan terjadi sangat lambat sampai
mencapai ukuran diameter 3cm.
b. Fase
aktif dibagi dalam 3 fase yaitu
1) Fase
akselerasi: dalam waktu 3 jam pembukaan 3 cm tersebut menjadi 4 cm
2) Fase
dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4
cm menjadi 9 cm
3) Fase
deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari
9 cm menjadi lengkap.
Fase-fase
tersebut dijumpai pada primigravida. Pada multi gravid pun terjadi demikian,
akan tetapi fase laten, fase aktif, dan fase deselerasi terjadi lebih pendek.
Mekanisme membukanya seviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida,
pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka terlebih dahulu, sehingga
serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian osteum uteri eksternum
membuka. Pada multigrvida osteum uteri internum sudah sedikit terbuka. Osteum
uteri internum dan eksternum serta penipisan dan pendataran ser viks terjadi
dalam saat yang sama. Ketuban akan pecah dengan sendiri ketika pembukaan hampir
atau sudah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan
hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan
mencapai 5 cm, disebut ketuban pecah dini. Kala I selesai apabila pembukaan seviks
uteri telah lengkap. Pada primigravida kala I berlangsung kira-kira 13 jam,
sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
2. Kala II
Pada kala II
his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2sampai 3 menit sekali.
Karena biasanya dalam hal ini janin sudah masukruang panggul, maka pada his
dirasakan tekanan pada otot-otot dasarpanggul,yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan. Wanita merasa pula tekanan pada rectum dan hendak
buang air besar. Kemudian perineum mulai menonjol dan menjadi lebar dengan anus
membuka, labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin tampak dalam
vulva pada waktu his. Bila dasar panggul sudah lebih berelaksasi, kepala tidak
masuk lagi di luar his, dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin
dilahirkan dengan suboksiput di bawah simfisis dan dahi, muka, dan dagu
melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi untuk
mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primi gravida kala II berlangsung
rata-rata 1,5 jam dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
3. Kala III
Setelah bayi
lahir, uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa
menit kemudian uterus kontraksi lagi untuk melepas plasenta dari dindingnya.
Biasanya plasenta lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah.
4. Kala IV
Dimulai saat
plasenta lahir sampai 2 jam pertama post partum.Keduanya baru saja mengalami
perubahan fisik yang luar biasa. Rata-rata perdarahan normal adalah 250 cc.
Perdarahan persalinan yang lebih dari 500cc adalah perdarahan abnormal. (
Prawirohardjo, 2007)
Mekanisme persalinan normal
1.
Engagement
Bila
diameter biparietal kepala melewati pintu atas panggul, kepala dikatakan telah
menancap ( engaged ) pada pintu atas panggul.
2. Penurunan
Penurunan
adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat
tiga kekuatan yaitu tekanan dari cairan amnion, tekanan langsung kontraksi
fundus pada janin, dan kontraksi diafragma serta otot-otot abdomen ibu pada
tahap kedua persalinan
3. Fleksi
Segera
setelah kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau dasar
panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan kearah dada
janin.
4. Putaran
paksi dalam
Putaran
paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika. Setiap kali terjadi
kon traksi kepala janin diarahkan kebawah lengkung pubis, dan kepala hampir
selalu berputar saat mencapai otot panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala
janin mancapai perineum, kepala akan defleksi ke arah anterior oleh perineum.
Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis pubis, kemudian kepala
muncul keluar akibat ekstensi.
6.Restitusi
dan putaran paksi luar
Restitusi
adalah gerakan berputar setelah kepala bayi lahir hingga mencapai posisi yang
sama dengan saat ia memasuki pintu atas. Putaran paksi luar terjadi saat bahu
engaged dan turun dengan gerakan mirip dengan gerakan kepala.
7. Ekspulsi
Setelah bahu
keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan badan bayi di
keluarkan dengan gerakan fleksi lateral kearah simfisis pubis.
III. LETAK DAN
BENTUK JANIN
POSITIO
OCCIPITO POSTERIOR PERSISTENS
Kebanyakan persalinan dengan positio occipito
posterior mengalami putaran paksi sehingga anak lahir dengan occiput di bawah
symphyse. Karena sudut pemutaran besar, maka kala II biasanya sedikit lebih
panjang. Putaran paksi ini baru terjadi di Hodge III maIahan kadang-kadang baru
terjadi di Hodge IV. Kalau pada positio occipito posterior putaran paksi tidak
terjadi maka kita sebut positio occipito
posterior persistens.
Sebab-sebab tidak terjadinya putaran paksi ialah
panggul anthro¬poid, panggul android, kesempitan panggul tengah, ketuban pecah
sebelum waktunya, fleksi kepala kurang, inertia uteri. Ada kalanya occiput
berputar ke belakang dan anak lahir dengan maka di bawah symphyse. Ini terutama
terjadi kalau fleksi kurang. Jadi hanya sebagian kecil (4%) dari position
occipito posterior memerlukan pertolongan operatip.
Gambar Mekanisme lahirnya kepala dengan ubun-ubun
kecil di belakang.
LETAK MUKA
Letak muka adalah letak kepala dengan defleksi
maksimal, hingga occiput mengenai punggung dan muka terarah ke bawah. Punggung
terdapat dalam lordose dan biasanya terdapat di belakang.
Gambar a) Letak puncak kepala. b) Letak dahi. c)Letak muka.
Diagnosa:
v Dalam kehamilan.
Letak muka kadang-kadang dapat dicurigai dalam
kehamilan kalau :
o tonjolan kepala teraba sefihak
dengan punggung dan antara be-lakang kepala dan punggung teraba sudut yang
running (sudut Fabre); tonjolan
kepala ini jugs bertentangan dengan fibak bagian-bagian kecil.
o bunyi jantung anak terdengar pada
fibak bagian-bagian kecil
Atas penemuan
tersebut di atas dibuat foto Rontgen.
v Dalam persalinan.
Dengan
pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup bescr teraba : orbita, hidung,
tulang pipi, mulut dan dagu. Karena muka agar lunak harus dibedakan dari
bokong.
LETAK DAHI
Letak dahi adalah letak kepala dengan defleksi yang
sedang hing-ga dahi menjadi bagian yang terendah.
Biasanya letak dahi bersifat sementara, dan dengan
majunya per¬salinan menjadi letak muka atau letak belakang kepala. Letak dahi
yang menetap agak jarang terjadi.Sebab-sebab letak dahi kira-kira sama dengan
sebab-sebab letak muka.
Diagnosa:
Dalam kehamilan letak dahi jarang dapat diketahui
karena dengan palpasi saja paling-paling dapat kita curiga letak defleksi ialah
kalau:
1.
Tonjolan
kepala teraba pada fihak punggung anak (bertentangan dengan bagian-bagian
kecil).
2.
Kalau bunyi
jantung anak dan bagian-bagian kecil anak sefihak.
Kalau atas
penemuan tersebut dibuat foto Röntgen maka dapat ditentukan letak dahi atau
letak muka.
Biasanya
letak dahi baru dapat di diagnosa waktu persa1inan kalau pembukaan sudah cukup
besar ; maka teraba sutura frontalis, ubun-ubun bestir, pinggir orbita dan
pangkal hidung.
D d ki dep. (letak dahi dengan dahi kiri depan) Pada
letak dahi teraba u2 besar, tidak teraba dagu. Kalau dagu dapat diraba diagnosa
ialah letak muka.
LETAK
SUNGSANG
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagt., bagian yang terendah (presentasi
bokong). Kejadian 3%.
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1.
Letak bokong
murni ; presentasi bokong murni, dalam bahasa Inggris "Frank breech". Bokong saja yang menjadi bagian sedangkan
kedua tungkai lurus ke atas.
2.
Letak bokong
kaki (presentasi
bokong kaki) di samping bokong teraba kaki dalam bahasa Inggeris "Complete breech". Disebut
letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalc¬di samping bokong teraba
kedua kaki atau satu kaki saja.
3.
Letak lutut
(presentasi lutut)
4.
Letak kaki
(presentasi kaki)
5.
Dalam bahasa Inggris kedua letak ini disebut disebut
"Incomplete breech". Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut
atau &my= teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut
sempurnz dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Dari letak-letak ini letak bokong
murni paling sexing dijumpc Punggung biasanya terdapat kiri depan. Frekwensi
letak sungscrn; lebih tinggi pada kehcrmilan muda dibandingkan dengan kehamilcm
a'terrne dan lebih banyak pada multigravidae dari pada primigravidae.
Diagnosa:
Pergerakan anak teraba oleh si ibu
di bagian perut bawah, bawah pusat, dan ibu sexing rnerasa benda keras (kepala)
mendesak tulang iga.
Pada palpasi teraba bagian keras,
bundar dan melenting pada fundus uteri. Punggung anak dapat diraba pada salah
satu sisi per dan bagian-bagian kecil pada fihak yang berlawanan. Di atas
sym¬physe teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
Bunyi jantung terdengar pada
punggung anak setinggi pusat Kalau pembukaan sudah besar makes pada pemeriksaan
dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tubera ossis ischii dan ujung os
sacrum sedangkan os sacrum dapat dikenal sebagai tulang yang meruncing dengan
deretan processi spinosi ditengah-tengah tulang tersebut.
Gambar
Macam-macam letak bokong.
LETAK
LINTANG
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau
hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu.
Pada letak lintang bahu menjadi bagian terendah, maka
juga di sebut presentasi bahu atau presentasi acromion. Jika punggung
terdapat sebelah depan disebut dorsoanterior
dan jika dibelakang disebut dorsoposterior.
Sebab-sebab :
Sebab-sebab
yang terpenting ialah :
·
dinding
perut yang kendur seperti pada multiparitas.
·
Kesempitan
panggul.
·
Plasena
praevia.
·
Prematuritas.
·
Kelainan
bentuk rahim seperti uterus arcuatus atau pada myoma uteri.
·
Kehamilan
ganda,
Diagnosa :
Pada inspeksi nampak bahwa perut melebar ke samping
dan fundus uteri rendah dari biasa, hanya beberapa jari diatas pusat, pada
kehamilan cukup bulan. Pada palpasi ternyata bahwa fundus uteri maupun bagian bawah rahim kosong sedangkan bagian-bagian besar (kepala
dan bokong) teraba disamping di atas fossa illiaca.
Jika teraba tahanan sebelah depan, maka punggung ada
sebelah depan, sebaliknya jika teraba tonjolan-tonjolan, maka ini disebabkan
oleh bagian-bagian kecil, sehingga punggung terdapat sebelah belakang.
Dalam persalinan maka dengan toucher dapat diraba sisi
thorax sebagai susunan tulang-tulang yang sejajar dan jika pembukaan sudah
besar maka teraba scapula dan pada pihak yang bertentangan clavicular. Arah menutupnya ketiak menunjukan arah kepala.
Sering kali salah satu lengan menumbung untuk menentukan lengan mana yang
menumbung kita coba berjabat tangan, jika dapat berjabatan maka ini tangan
kanan.
LETAK
MAJEMUK (PRESENTASI GANDA, COMPOUND PRESENTATION)
Yang
dimaksud dengan letak majemuk ialah jika
disamping bagian terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada
letak bahu tidak disebut letak majemuk, begitupula adanya kaki disamping bokong
pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk.
Pada letak kepala dapat terjadi :
·
Tangan menumbung
·
Lengan menumbung
·
Kaki menumbung.
Pada tangan
menumbung hanya teraba jari dan telapak tangan di samping kepala, tidak teraba
pergelangan tangan.
Jika juga pergelangan tangan atau lebih teraba disebut
lengan menumbung. Tangan menumbung
prognosanya lebih baik dari lengan menumbung, karena tangan yang ceper
bentuknya tidak banyak mengambil tempat dibandingkan denngan lengan. Tangan
menumbung pada letak kepala tidak menghalangi turunnya kepala, hanya mungkin
menyebabkan terganggunya putaran paksi, sebaliknya lengan menumbung dapat
menghalangi turunnya kepala.
Kaki yang menumbung di samping kepala jarang terjadi
pada anak hidup yang cukup besar tapi kemungkinan pada anak yang sudah
bermacerasi, pada monstrum dan anak kecil, lebih besar ; juga dapat terjadi
pada kehamilan kembar dimana di samping kepala anak I menumbung kaki anak ke II
yang dalam letak sungsang.
Pada letak sungsang jarang sekali tangan teraba di
samping bokong dan keadaan ini biasanya menimbulkan kesukaran.
Pada letak majemuk, sering juga tali pusat menumbung
dan hal ini sangta memengaruhi prognosa.
TALI PUSAT
MENUMBUNG (PROLAPSUS FOENICULI)
Jika tali pusat teraba di samping atau lebih rendah
dari bagian depan sedangkan ketuban sudah pecah, maka disebut dengan tali pusat menumbung.
Tetapi, jika terjadi pada ketuban yang masih utuh
disebut dengan tali pusat terkemuka.
Dulu, diduga bahwa bahaya aspiksia anak, kurang pada
tali pusat terkemuka, tapi menurut pendapat sekarang bahwa bahaya tidak banyak
kurangnya hingga usah dibedakan antara tali pusat menumbung dan tali pusat
terkemuka dalam menentukan sikap dan terapi.
IV. His adalah gelombang kontraksi ritmis otot polos dinding uterus
yang dimulai dari daerah fundus uteri di mana tuba fallopi memasuki dinding
uterus, awal gelombang tersebut di dapat dari ‘pacemaker’ yang terdapat di
dinding uterus daerah tersebut. Resultante efek gaya kontraksi tersebut dalam
keadaan normal mengarah ke daerah lokus minoris yaitu daerah kanalis servikalis
(jalan lahir) yang membuka, untuk mendorong isi uterus ke luar. His biasanya
mulai dirasakan dalam waktu 2 minggu (sebelum atau sesudah) tanggal perkiraan
persalinan.
Terjadinya his, akibat :
1.
kerja hormon oksitosin
2. regangan dinding uterus oleh isi
konsepsi
3.
rangsangan terhadap pleksus saraf Frankenhauser yang tertekan massa konsepsi
His yang baik dan ideal meliputi :
1.
kontraksi simultan simetris di seluruh uterus
2.
kekuatan terbeasar (dominasi) di daerah fundus
3.
terdapat periode relaksasi di antara dua periode kontraksi
4.
terdapat retraksi otot-otot korpus uteri setiap sesudah his
Pengukuran kontraksi uterus:
1. Amplitudo : intensitas
kontraksi otot polos(mmHg) ; bagian pertama peningkatan agak cepat, bagian kedua penurunan agak lambat.
2.
Frekuensi : jumlah his dalam waktu tertentu (biasanya per 10 menit)
3.
Satuan his : unit Montevide (amplitudo x frekuensi)
Jenis perubahan
|
His palsu
|
His sejati
|
Karakteristik kontraksi
|
Tidak teratur & tidak semakin
sering (disebut kontraksi Braxton Hicks)
|
Timbul secara teratur, interval semakin pendek dan semakin kuat dan lama
rasa sakitnya, berlangsung selama 30-70 detik
|
Pengaruh gerakan tubuh
|
Jika ibu berjalan atau beristirahat
atau jika posisi tubuh ibu berubah, kontraksi akan menghilang/berhenti
|
Meskipun posisi/gerakan ibu berubah,
kontraksi tetap dirasakan
|
Kekuatan kontraksi
|
Biasanya lemah & tidak semakin
kuat (mungkin menjadi kuat lalu melemah)
|
Kontraksinya semakin kuat
|
Nyeri karena kontraksi
|
Abdomen bawah
|
Biasanya berawal di punggung dan
menjalar ke depan
|
Sifat his pada berbagai fase
persalinan:
• Kala
I awal (fase laten) -> timbul tiap 10menit dengan amplitudo 40 mmHg, lama
20-30detik. Serviks terbuka sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo terus meningkat.
• Kala
I lanjut ( fase aktif ) sampai kala I akhir -> terjadi peningkatan rasa
nyeri, amplitudo makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-4 kali/ 10 menit, lama
60-90 detik. serviks terbuka sampai lengkap (+ 10 cm)
• Kala
2 -> amplitudo 60 mmHg, frekuensi 3-4 kali/menit.
• Kala
3 -> amplitudo 60-80 mmHg, frekuensi kontraksi berkurang, aktifitas uterus
menurun. Plasenta dapat lepas spontan dari aktifitas uterus ini.
• Kala
4 -> his pegiring/ his Royan, kontraksi uterus tetap dipertahankan untuk
mengurangi perdarahan.
V. Menghitung usia kehamilan
1. Mempergunakan rumus Naegle.
Rumus naegele terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC= Expected Date of Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288 hari. Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat ditetapkan.
Rumus Naegle dapat dihitung hari haid pertama ditambah 7 (tujuh) dan bulannya dikurang 3 (tiga) dan Tahun ditambah 1 (satu).
a. Contohnya, haid hari pertama tanggal 11 april 2000, maka penghitungan perkiraan kelahiran adalah 11 + 7 = 18; 4 -3= 1, dan Tahun 2000+1 = 2001, sehingga dugaan persalinan adalah 18 Januari 2001.
b. Seorang ibu hamil memiliki HPHT 15-9-2005 dan diperiksa pada 27-11-2005. Maka umur kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL) adalah:
15-09-2005 = 2 minggu 1hari
31-10-2005 = 4 minggu 3 hari
27-11-2005 = 3 minggu 6 hari
Jumlah 9 minggu 10 hari
Berarti usia kehamilan : 10 minggu 3 hari
Jadi umur kehamilan saat diperiksa adalah 10 minggu 3 hari atau 10 minggu genap.
Cara menghitungnya:
1 minggu terdiri atas 7 hari.
a. Tanggal 15-09-2005, berarti hari ke-15. Ini sama dengan 2 x 7 hari = 14 hari + 1 hari (2 minggu lebih 1 hari)
b. Bulan Oktober (bulan 10) terdiri atas 31 hari. Ini berarti 4 x 7 hari = 28 hari + 3 hari atau sama dengan 4 minggu lebih 3 hari
c. tanggal 27-11-2005 berarti hari ke-27 sama dengan 3 x 7 hari = 21 hari + 6 hari (3 minggu lebih 6 hari). Sementara HPL dihitung dengan rumus Naegel = Hari + 7, Bulan ¬ 3 = 15 + 7, 9 ¬ 3 jadi HPL = 22-06-2005
Bila mempunyai kalender obstetrik maka usia kehamilan dan HPL dapat dilihat di tabel kalender tersebut.
2. Gerakan pertama fetus.
Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada umur hamil 16 minggu. maka perkiraan umur hamil dapat ditetapkan.
3. Perkiraan tingginya fundus uteri.
a. Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur hamil terutama tepat pada hamil pertama. Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus, atau prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.
Tinggi fundus uteri = Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis = 12 minggu
½ simfisis-pusat = 16 minggu
2/3 di atas simfisis = 20 minggu
Setinggi pusat = 22 minggu
1/3 di atas pusat = 28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus = 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus = 36 minggu
Dua jari (4cm) di bawah prosesus xifoideus = 40 minggu
Rumus naegele terutama untuk menentukan hari perkiraan lahir (HPL, EDC= Expected Date of Confinement). Rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus 28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Rumus Naegle memperhitungkan umur kehamilan berlangsung selama 288 hari. Perhitungan kasarnya dapat dipakai dengan menentukan hari pertama haid dan ditambah 288 hari, sehingga perkiraan kelahiran dapat ditetapkan.
Rumus Naegle dapat dihitung hari haid pertama ditambah 7 (tujuh) dan bulannya dikurang 3 (tiga) dan Tahun ditambah 1 (satu).
a. Contohnya, haid hari pertama tanggal 11 april 2000, maka penghitungan perkiraan kelahiran adalah 11 + 7 = 18; 4 -3= 1, dan Tahun 2000+1 = 2001, sehingga dugaan persalinan adalah 18 Januari 2001.
b. Seorang ibu hamil memiliki HPHT 15-9-2005 dan diperiksa pada 27-11-2005. Maka umur kehamilan dan hari perkiraan lahir (HPL) adalah:
15-09-2005 = 2 minggu 1hari
31-10-2005 = 4 minggu 3 hari
27-11-2005 = 3 minggu 6 hari
Jumlah 9 minggu 10 hari
Berarti usia kehamilan : 10 minggu 3 hari
Jadi umur kehamilan saat diperiksa adalah 10 minggu 3 hari atau 10 minggu genap.
Cara menghitungnya:
1 minggu terdiri atas 7 hari.
a. Tanggal 15-09-2005, berarti hari ke-15. Ini sama dengan 2 x 7 hari = 14 hari + 1 hari (2 minggu lebih 1 hari)
b. Bulan Oktober (bulan 10) terdiri atas 31 hari. Ini berarti 4 x 7 hari = 28 hari + 3 hari atau sama dengan 4 minggu lebih 3 hari
c. tanggal 27-11-2005 berarti hari ke-27 sama dengan 3 x 7 hari = 21 hari + 6 hari (3 minggu lebih 6 hari). Sementara HPL dihitung dengan rumus Naegel = Hari + 7, Bulan ¬ 3 = 15 + 7, 9 ¬ 3 jadi HPL = 22-06-2005
Bila mempunyai kalender obstetrik maka usia kehamilan dan HPL dapat dilihat di tabel kalender tersebut.
2. Gerakan pertama fetus.
Dengan memperkirakan terjadinya gerakan pertama fetus pada umur hamil 16 minggu. maka perkiraan umur hamil dapat ditetapkan.
3. Perkiraan tingginya fundus uteri.
a. Mempergunakan tinggi fundus uteri untuk memperkirakan umur hamil terutama tepat pada hamil pertama. Secara tradisional perkiraan tinggi fundus dilakukan dengan palpasi fundus dan membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain simfisis pubis, umbilikus, atau prosesus xipoideus. Cara tersebut dilakukan tanpa memperhitungkan ukuran tubuh ibu. Pada kehamilan kedua dan seterusnya perkiraan ini kurang tepat.
Tinggi fundus uteri = Umur kehamilan
1/3 di atas simfisis = 12 minggu
½ simfisis-pusat = 16 minggu
2/3 di atas simfisis = 20 minggu
Setinggi pusat = 22 minggu
1/3 di atas pusat = 28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus = 34 minggu
Setinggi prosesus xifoideus = 36 minggu
Dua jari (4cm) di bawah prosesus xifoideus = 40 minggu
Ketidak akuratan metode ini :
1. Wanita bervariasi pada jarak simfisis pubis ke prosesus xifoid, lokasi umbilikus diantara 2 titik (imajiner) ini.
2. Lebar jari pemeriksa bervariasi antara yang gemuk dan yang kurus.
Keuntungan :
1. Digunakan jika tidak ada Caliper atau pita pengukur.
2. Jari cukup akurat untuk menentukan perbedaan yang jelas antara perkiraan umur kehamilan dengan tanggal dan dengan temuan hasil pemeriksaan dan untuk mengindikasi perlunya pemeriksaan lebih lanjut jika ditemukan ketidak sesuaian dan sebab kelainan tersebut.
b. Metode ini menggunakan alat ukur Caliper.
Caliper digunakan dengan meletakkan satu ujung pada tepi atas simfisis pubis dan ujung yang lain pada puncak fundus. Kedua ujung diletakkan pada garis tengah abdominal. Ukuran kemudian dibaca pada skala cm (centimeter) yang terletak
ketika 2 ujung caliper bertemu. Ukuran diperkirakan sama dengan minggu kehamilan setelah sekitar 22-24 minggu .
Keuntungan :
Lebih akurat dibandingkan pita pengukur terutama dalam mengukur TFU setelah 22-24 minggu kehamilan (dibuktikan oleh studi yang dilakukan Engstrom, Mc.Farlin dan Sitller)
Kerugian :
Jarang digunakan karena lebih sulit, lebih mahal, kurang praktis dibawa, lebih susah dibaca, lebih susah digunakan dibandingkan pita pengukur
c. Menggunakan pita pengukur yang mungkin merupakan metode akurat kedua dalam pengukuran TFU setelah 22-24 minggu kehamilan. Titik nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis dan pita pengukur ditarik melewati garis tengah abdomen sampai puncak. Hasil dibaca dalam skala cm, ukuran yang terukur sebaiknya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan setelah 22-24 minggu kehamilan.
Keuntungan :
Lebih murah, mudah dibawa, mudah dibaca hasilnya, mudah
digunakan dan Cukup akurat
Kerugian :
Kurang akurat dibandingkan caliper
d. Menggunakan pita pengukur tapi metode pengukurannya berbeda. Garis nol pita pengukur diletakkan pada tepi atas simfisis pubis di garis abdominal, tangan yang lain diletakkan di dasar fundus, pita pengukur diletakkan diantara jari telunjuk dan jari tengah, pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari menjepit pita pengukur. Sehingga pita pengukur mengikuti bentuk abdomen hanya sejauh puncaknya dan kemudian secara relatif lurus ke titik yang ditahan oleh jari-jari pemeriksa, pita tidak melewati slope anterior dari fundus.
Caranya tidak diukur karena tidak melewati slope anterior tapi dihitung secara matematika sebagai berikut ;
a. Sebelum fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 4 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
b. Sesudah fundus mencapai ketinggian yang sama dengan umbilikus, tambahkan 6 cm pada jumlah cm yang terukur. Jumlah total centimeternya diperkirakan sama dengan jumlah minggu kehamilan
Keuntungan :
Cukup akurat
Kerugian :
Rumit, tidak praktis
4.Ultrasonografi
a. Konfirmasi kehamilan. Embrio dalam kantung kehamilan dapat dilihat pada awal kehamilan 51/2 minggu dan detak jantung janin biasanya terobsevasi jelas dalam usia 7 minggu.
b. Mengetahui usia kehamilan. Untuk mengetahui usia kehamilan dapat dengan mengunakan ukuran tubuh fetus—sehingga dapat memperkirakan kapan tanggal persalinan.
Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi menggunakan 3 cara:
1. Dengan mengukur diameter kantong kehamilan (GS= Gestational Sac) untuk kehamilan 6-12 minggu.
2. Dengan mengukur jarak kepala bokong (GRI= Grown rump Length) untuk umur kehamilan 7-14 minggu.
3. Dengan mengukur diameter biparietal (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12 minggu.
a. Konfirmasi kehamilan. Embrio dalam kantung kehamilan dapat dilihat pada awal kehamilan 51/2 minggu dan detak jantung janin biasanya terobsevasi jelas dalam usia 7 minggu.
b. Mengetahui usia kehamilan. Untuk mengetahui usia kehamilan dapat dengan mengunakan ukuran tubuh fetus—sehingga dapat memperkirakan kapan tanggal persalinan.
Penentuan umur kehamilan dengan ultrasonografi menggunakan 3 cara:
1. Dengan mengukur diameter kantong kehamilan (GS= Gestational Sac) untuk kehamilan 6-12 minggu.
2. Dengan mengukur jarak kepala bokong (GRI= Grown rump Length) untuk umur kehamilan 7-14 minggu.
3. Dengan mengukur diameter biparietal (BPD) untuk kehamilan lebih dari 12 minggu.
VI. Partograf
adalah catatan grafik mengenai kemajuan
persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya
persalinan abnormal yang menjadi petunjuk untuk tindakan bedah kebidanan dan
menemukan disproporsi kepala panggul (CPD) jauh sebelum persalinan menjadi
macet.
1.
Waktu pengisian partograf dan
penggunaannya.
Waktu
yang tepat untuk pengisian partograf adalah saat dimana proses persalinan telah
berada dalam kala I fase aktif yaitu
saat pembukaan serviks dari 4 sampai 10 cm dan berakhir pada pemantauan kala IV
(Saifuddin, 2002).
Partograf
harus digunakan untuk (1) semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan sampai
kelahiran bayi sebagai elemen penting asuhan persalinan; (2) semua tempat
pelayanan persalinan (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit, dan
lain-lain) ; (3) semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu
selama persalinan dan kelahiran (Spesialis Obstetri dan Ginekologi, Bidan,
Dokter Umum, Residen, dan Mahasiswa Kedokteran).
2.
Isi partograf
Partograf dikatakan sebagai data yang
lengkap bila seluruh informasi ibu, kondisi janin, kemajuan persalinan, waktu
dan jam, kontraksi uterus, kondisi ibu, obat-obatan yang diberikan, pemeriksaan
laboratorium, keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dicatat
secara rinci sesuai cara pencatatan partograf (Depkes, 2008).
Isi partograf antara lain:
1)
Informasi tentang ibu
a)
Nama dan umur.
b)
Gravida, para, abortus.
c)
Nomor catatan medik/nomor puskesmas.
d)
Tanggal dan waktu mulai dirawat.
e)
Waktu pecahnya selaput ketuban.
2)
Kondisi janin:
a)
Denyut jantung janin.
b)
Warna dan adanya air ketuban.
c)
Penyusupan(molase) kepala janin.
3)
Kemajuan persalinan
a)
Pembukaan serviks.
b)
Penurunan bagian terbawah atau
presentasi janin.
c)
Garis waspada dan garis bertindak.
4)
Waktu dan jam
a)
Waktu mulainya fase aktif persalinan.
b)
Waktu aktual saat pemeriksaan atau
penilaian.
5)
Kontraksi uterus
a)
Frekuensi kontraksi dalam waktu 10
menit.
b)
Lama kontraksi (dalam detik).
6)
Obat-obatan yang diberikan
a)
Oksitosin.
b)
Obat-obatan lainnya dan cairan IV yang
diberikan.
7)
Kondisi ibu
a)
Nadi, tekanan darah dan temperatur
tubuh.
b)
Urin (volume, aseton atau protein).
8)
Asuhan, Pengamatan, dan Keputusan Klinik
lainnya (dicatat dalam kolom tersedia disisi partograf atau di catatan kemajuan
persalinan).
3.
Cara pengisian partograf.
Pencatatan dimulai saat fase aktif yaitu
pembukaan serviks 4 cm dan berakhir titik dimana pembukaan lengkap. Pembukaan
lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan adalah 1 cm per jam. Pencatatan
selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Kondisi ibu dan
janin dinilai dan dicatat dengan cara:
1)
Denyut jantung janin : setiap ½ jam.
2)
Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus :
setiap ½ jam.
3)
Nadi : setiap ½ jam.
4)
Pembukaan serviks : setiap 4 jam.
5)
Penurunan bagian terbawah janin : setiap
4 jam.
6)
Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap
4 jam.
7)
Produksi urin, aseton dan protein :
setiap 2 sampai 4 jam.
Cara
pengisian partograf yang benar adalah sesuai dengan pedoman pencatatan
partograf. Menurut Depkes RI (2008) cara pengisian partograf adalah sebagai
berikut:
2) Lembar
depan partograf.
a)
Informasi ibu ditulis sesuai identitas
ibu. Waktu kedatangan ditulis sebagai jam dan perhatikan kemungkinan ibu datang
dalam fase laten persalinan. Catat waktu pecahnya selaput ketuban.
b)
Kondisi janin.
(1)
Denyut Jantung Janin.
Nilai
dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika
terdapat tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak menunjukkan waktu 30 menit.
Kisaran normal DJJ tertera diantara garis tebal angka 180 dan 100. Bidan harus
waspada jika DJJ mengarah di bawah 120 per menit (bradicardi) atau diatas 160 permenit (tachikardi).
Beri
tanda ‘•’ (tanda titik) pada kisaran angka 180 dan 100. Hubungkan satu titik
dengan titik yang lainnya.
(2)
Warna dan adanya air ketuban.
Catat
warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina, menggunakan
lambang-lambang berikut:
U : Selaput ketuban Utuh.
J : Selaput ketuban pecah, dan air ketuban
Jernih.
M : Air ketuban bercampur Mekonium.
D
: Air ketuban bernoda Darah.
K
: Tidak ada cairan ketuban/Kering.
(3)
Penyusupan/molase tulang kepala janin.
Setiap
kali melakukan periksa dalam, nilai penyusupan antar tulang (molase) kepala
janin. Catat temuan yang ada di kotak yang sesuai di bawah lajur air ketuban.
Gunakan lambang-lambang berikut:
0
: Sutura terpisah.
1
: Tulang-tulang kepala janin hanya
saling bersentuhan.
2
: Sutura tumpang tindih tetapi masih
dapat diperbaiki.
3
: Sutura tumpang tindih dan tidak dapat
diperbaiki.
Sutura/tulang kepala saling tumpang tindih
menandakan kemungkinan adanya CPD ( cephalo
pelvic disproportion).
c)
Kemajuan persalinan.
Angka
0-10 di kolom paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks.
(1)Pembukaan
serviks.
Saat
ibu berada dalam fase aktif persalinan, catat pada partograf setiap temuan dari
setiap pemeriksaan. Nilai dan catat pembukaan serviks setiap 4 jam. Cantumkan
tanda ‘X’ di garis waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks.
(2)Penurunan
bagian terbawah janin.
Untuk
menentukan penurunan kepala janin tercantum angka 1-5 yang sesuai dengan metode
perlimaan. Tuliskan turunnya kepala janin dengan garis tidak terputus dari 0-5.
Berikan tanda ‘0’ pada garis waktu yang sesuai.
(3)
Garis waspada dan garis bertindak.
(a)
Garis waspada, dimulai pada pembukaan
serviks 4 cm (jam ke 0), dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap (6
jam). Pencatatan dimulai pada garis waspada. Jika pembukaan serviks mengarah ke
sebelah kanan garis waspada, maka harus dipertimbangkan adanya penyulit.
(b)
Garis bertindak, tertera sejajar dan
disebelah kanan (berjarak 4 jam) pada garis waspada. Jika pembukaan serviks
telah melampaui dan berada di sebelah kanan garis bertindak maka menunjukkan
perlu dilakukan tindakan untuk menyelasaikan persalinan. Sebaiknya ibu harus
berada di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampaui.
d)
Jam dan waktu.
(1) Waktu
mulainya fase aktif persalinan.
Setiap kotak menyatakan satu jam sejak dimulainya
fase aktif persalinan.
(2) Waktu
aktual saat pemeriksaan atau persalinan.
Cantumkan
tanda ‘x’ di garis waspada, saat ibu masuk dalam fase aktif persalinan.
e)
Kontraksi uterus.
Terdapat
lima kotak kontraksi per 10 menit. Nyatakan lama kontraksi dengan:
(1)
///
|
░
|
(2)
:
Beri garis-garis di kotak yang sesuai untuk menyatakan kontraksi yang lamanya
20-40 detik.
(3)
|
f)
Obat-obatan dan cairan yang diberikan.
(1)
Oksitosin. Jika tetesan drip sudah
dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan
per volume cairan dan dalam satuan tetes per menit.
(2)
Obat lain dan caira IV. Catat semua
dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya.
g)
Kondisi ibu.
(1) Nadi,
tekanan darah dan suhu tubuh.
(a) Nadi,
dicatat setiap 30 menit. Beri tanda titik (•) pada kolom yang sesuai.
(b) Tekanan
darah, dicatat setiap 4 jam atau lebih sering jika diduga ada penyulit. Beri
tanda panah pada partograf pada kolom waktu yang sesuai.
(c)
Suhu tubuh, diukur dan dicatat setiap 2
jam atau lebih sering jika terjadi peningkatan mendadak atau diduga ada infeksi.
Catat suhu tubuh pada kotak yang sesuai.
(2)
Volume urine, protein dan aseton.
Ukur
dan catat jumlah produksi urine setiap 2 jam (setiap ibu berkemih). Jika
memungkinkan, lakukan pemeriksaan aseton dan protein dalam urine.
3)
Lembar belakang partograf.
Lembar
belakang partograf merupakan catatan persalinan yang berguna untuk mencatat
proses persalinan yaitu data dasar, kala I, kala II, kala III, kala IV, bayi baru lahir (terlampir).
a)
Data dasar.
Data
dasar terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat persalinan, alamat tempat
persalinan, catatan, alasan merujuk, tempat merujuk, pendamping saat merujuk
dan masalah dalam kehamilan/persalinan ini.
b)
Kala I.
Terdiri
dari pertanyaan-pertanyaan tentang partograf saat melewati garis waspada,
masalah lain yang timbul, penatalaksanaan, dan hasil penatalaksanaannya.
c)
Kala II.
Kala
II terdiri dari episiotomy, pendamping persalinan, gawat janin, distosia bahu
dan masalah dan penatalaksanaannya.
d)
Kala III.
Kala
III berisi informasi tentang inisiasi menyusu dini, lama kala III, pemberian
oksitosin, penegangan tali pusat terkendali, masase fundus uteri, kelengkapan
plasenta, retensio plasenta > 30 menit, laserasi, atonia uteri, jumlah
perdarahan, masalah lain, penatalaksanaan dan hasilnya.
e)
Kala IV.
Kala
IV berisi tentang data tekanan darah, nadi, suhu tubuh, tinggi fundus uteri,
kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.
f)
Bayi baru lahir.
Bayi
baru lahir berisi tentang berat badan, panjang badan, jenis kelamin, penilaian
bayi baru lahir, pemberian ASI, masalah lain dan hasilnya.
VII. Adapun
hormon-hormon yang berperan dalam masa kehamilan
dan Persalinan:
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Hormon ini dihasilkan oleh embrio, pada saat terjadi implantasi, embrio akan merangsang kelenjar-kelenjar dalam dinding uterus untuk memproduksi hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Hormon ini berfungsi merangsang corpus luteum untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kadar HCG yang tinggi pada tiga bulan pertama kehamilan diperkirakan sebagai penyebab morning sickness. hormon HCG akan stabil pada trimester ke 2.
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Hormon ini dihasilkan oleh embrio, pada saat terjadi implantasi, embrio akan merangsang kelenjar-kelenjar dalam dinding uterus untuk memproduksi hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin). Hormon ini berfungsi merangsang corpus luteum untuk menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kadar HCG yang tinggi pada tiga bulan pertama kehamilan diperkirakan sebagai penyebab morning sickness. hormon HCG akan stabil pada trimester ke 2.
Estrogen dan Progesteron
Hormon ini adalah hormon penting dalam kehamilan. Kedua hormon tersebut akan menyebabkan dinding uterus tetap tebal yang berguna sebagai implantasi dan memelihara janin. Progesteron mempersiapkan lapisan rahim untuk menerima telur yang sudah dibuahi dan merangsang perkembangan jaringan tubuh serta menimbulkan rasa tenang. Progesteron juga mencegah uterus untuk berkontraksi selama kehamilan sebelum mencapai waktu kelahiran. Bersama dengan estrogen, hormon progesteron juga berguna merangsang perkembangan kelenjar air susu, memperbesar payudara, dan membuat areola melebar dan lebih gelap. Adanya hormon estrogen menghambat kelenjar hipofisis mengeluarkan FSH dan LH, sehingga ovarium tidak memproduksi sel telur lagi. Itu sebabnya kenapa orang yang sedang hamil tidak mengalami menstruasi. plasenta akan menyekresikan sendiri progesteron untuk menjaga kehamilan, pada trimester kedua. Hormon estrogen dihasilkan oleh plasenta dengan fungsi menurunkan jumlah hormon progesteron sehingga kontraksi dinding rahim bisa berlangsung.
Relaxin
Hormon ini melembutkan rahim dan mengendurkan otot panggul untuk persiapan kelahiran. Dikeuarkan oleh corpus luteum dan plasenta.
Oksitosin (Oxytocin)
Oksitosin diproduksi di hypothalamus, pada kelenjar posterior pituitary “master gland” ini semua adalah bagian dari otak manusia yang bekerja salah satunya untuk mengatur system endokrin dalam tubuh manusia. Hormon ini adalah hormon reproduksi yang penting. Hormon ini juga sangat berperan untuk merangsang dan memperkuat kontraksi rahim saat bersalin dan mendorong janin keluar. Pada masa pascapersalinan, produksi oksitosin yang baik dapat mencegah terjadinya perdarahan dengan mempertahankan kontraksi uterus, juga berguna membantu rahim mengerut ke ukuran normal dan merangsang produksi ASI. Pancaran ASI (Air Susu Ibu) let-down reflex, reflek memancarnya ASI, dan ini sangat dipengaruhi oleh hormone dalam tubuh yaitu oksitosin. pada saat menyusui.
Prostaglandin
Hormon ini bertugas merangsang kehamilan. Perempuan memproduksi hormon ini ketika janin siap lahir. Cairan semen yang dikeluarkan pria ketika ejakulasi juga mengandung hormon prostaglandin. Hormon prostaglandin dihasilkan oleh membran ekstraembrionik dengan fungsi meningkatkan kontraksi dinding rahim.
Endorphin
hormon endorphin menimbulkan rasa tenang dan menghilangkan rasa sakit. Hormon ini meningkat selama kehamilan dan memuncak saat persalinan/kelahiran. Beta endorphin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
Prolaktin
dihasilkan oleh lobus anterior hipofisis yang akan
merangsang mioepitel dan bekerjasama dengan oksitosin merangsang pengeluaran
ASI. Mengeluarkan ASI untuk menyemprot keluar.
VIII. Distosia
Kelancaran persalinan
tergantung 3 faktor P utama : Kekuatan ibu (power),
keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger).
(Faktor "P" lainnya : psychology, physician, position) Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kelambatan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut Distosia.
(Faktor "P" lainnya : psychology, physician, position) Dengan adanya keseimbangan / kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor P ini, dapat terjadi kelambatan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut Distosia.
IX. Faktor yang menyebabkan Distosia
A.
KELAINAN TENAGA (POWER)
Kelainan his merupakan
his yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan kerintangan pada
jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan yang tidak dapat diatasi
sehingga persalinan menjadi terhambat.
Etiologi :
·
Kelainan his sering dijumpai pada
primigravida tua, sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan
grandmulti
·
Factor herediter, emosi, dan ketakutan
memegang peranan penting
·
Salah pimpinan persalinan, atau salah
pemberian obat-obatan seperti oksitosin dan obat-obat penenang
·
Bagian terbawah janin tidak berhubungan
rapat dengan segmen bawah Rahim (kesalahan letak janin dan disproporsi
sefalopelvik)
·
Kelainan uterus
·
Kehamilan postmatur
Kelainan his terdiri atas :
a) Inersia
uteri : his yang sifatnya lebih lemah, lebih singkat dan lebih jarang di
bandingkan his yang normal.
·
Inersia uteri primer : kelemahan his
sejak dari permulaan persalinan.
·
Inersia uteri sekunder : kelemahan his
yang timbul setelah adanya his yang kuat teratur dan dalam waktu yang lama
·
Diagnosis : paling sulit ditegakkan pada
masa laten sehingga membutuhkan pengalaman dan pengawasan yang teliti terhadap
persalinan.
·
Penanganan : periksa keadaan serviks,
presentasi serta posisi janin, turunnya kepala janin dalam panggul, dan keadaan
panggul. Setelah itu, buat rencana untuk tindakan yang akan di kerjakan.
v Oksitosin
drips 5-10 satuan dalam 500 cc dektrosa 5%, dimulai dengan 12 tetes permenit, dinaikkan
setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes per menit. Pemberian ini bermaksud agar
serviks dapat membuka dulu dan ibu dianjurkan beristirahat. Pada malam hari
berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya dapat diulang pemberian
oksitosin drips
v Bila
inersia disertai disproporsi sefalopelvis, maka sebaiknya dilakukan seksio
sesarea
v Bila
awalnya his kuat kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus
telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi, tidak ada
gunanya pemberian oksitosin drips, sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai
dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (vakum atau seksio
sesarea)
b) Tetania
uteri/ hypertonic uterine contraction
(his terlalu kuat) : his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak
ada relaksasi Rahim.
·
Dapat menyebabkan terjadinya partus
presipitatus (partus yang selesai kurang dari 3 jam yang ditandai dengan sifat
his yang normal, tonus otot diluar his juga biasa namun kelainannya berada pada
kekuatan hisnya)
·
Bahaya bagi ibu : terjadinya perlukaan
luas pada jalan lahir, khususnya vagina dan perineum.
·
Bahaya bagi bayi : bias mengalami
perdarahan dalam tengkorak karena bagian tersebut mengalami tekanan kuat dalam
waktu yang singkat
·
Penanganan :
v Berikan
obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan lahir dalam
waktu dekat (4-6 jam) kemudian.
v Bila
ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan seksio
sesarea
v Pada
partus presipitatus, tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir
secara tiba-tiba dan cepat.
c) Incoordinate uterine action
(aksi uterus inkoordinasi) : sifat his yang berubah-ubah, tidak ada koordinasi
dan sinkronisasi antara kontraksi dan bagian-bagiannya menyebabkan tidak
efisiennya dalam mengadakan pembukaan apalagi pengeluaran janin.
·
Penderita biasanya seorang primigrivida
·
Kadang-kadang pada persalinan lama
dengan ketuban yang sudah lama pecah, kelainan his ini menyebabkan spasmus
sirkuler, sehingga terjadi penyempitan kavum uteri
·
Penanganan: kelainan ini hanya dapat
diobati secara simptomatis karena belum ada obat yang dapat memperbaiki
koordinasi fungsional antara bagian-bagian uterus. Yang dapat dilakukan adalah
mengurangi tonus ototdan mengurangi ketakutan penderita dengan pemberian
analgetika (morfin dan petidi). Pada pembukaan belum lengkap, pertimbangkan
seksio sesarea
B. KELAINAN JANIN (PASSANGER)
PRESENTASI MUKA
Merupakan akibat kelainan Sikap (
Habitus ) berupa defleksi kepala maksimum.
Pada presentasi muka terjadi hiperekstensi maksimum kepala
sehingga oksiput menempel dengan punggung janin dengan demikian maka yang
merupakan presentasi (bagian terendah) janin dan sekaligus denominator adalah mentum.
Dalam orientasinya dengan simfisis
pubis, maka presentasi muka dapat terjadi dengan mento anterior atau mento posterior.
Pada janin aterm dengan presentasi
muka mento-posterior, proses persalinan terganggu akibat bregma (dahi) tertahan oleh
bagian belakang simfisis pubis. Dalam keadaan ini, gerakan fleksi kepala agar
persalinan pervaginam dapat berlangsung terhalang, maka persalinan muka spontan
per vaginam tidak mungkin terjadi.
Mentoposterior, dagu berada dibagian posterior .
Persalinan pervaginam hanya mungkin berlangsung
bila dagu berputar ke anterior.
Bila dagu berada di anterior, persalinan
kepala per vaginam masih dapat berlangsung pervaginam melalui gerakan fleksi
kepala.
Pada sejumlah kasus presentasi muka
dagu posterior, dagu akan berputar spontan ke anterior pada persalinan lanjut
sehingga dapat terjadi persalinan spontan per vaginam atau menggunakan
ekstraksi cunam.
Pada tahun 1995 sampai 1999 , angka
kejadian presentasi muka di Parkland Hospital sekitar 1 : 2000 persalinan.
Pemeriksaan Radiologis pada presentasi muka
(hiperekstensi kepala dan tulang belakang janin)
Etiologi :
- Tumor leher janin
- Lilitan talipusat
- Janin anensepalus
- Kesempitan panggul dengan janin
yang besar
- Grande multipara dengan perut
gantung (pendulous abdomen)
Mekanisme persalinan pada presentasi
muka:
Presentasi muka jarang terjadi bila
kepala masih diatas Pintu Atas Panggul.
Umumnya keadaan diawali dengan
presentasi dahi yang kemudian pada proses desensus berubah menjadi presentasi
muka .
Mekanisme persalinan terdiri dari
densensus – putar paksi dalam – fleksi – ekstensi dan putar paksi luar.
Mekanisme persalinan pada presentasi muka
mentoposterior.
Terjadi putar paksi dalam sehingga dagu berputar
keanterior dan lahir pervaginam
Tujuan Putar Paksi Dalam adalah agar
dagu berada dibelakang simfisis pubis oleh karena hanya pada posisi ini kepala
janin dapat melewati perineum melalui gerakan fleksi.
Setelah Putar Paksi Dalam dagu
kedepan selesai dan tahapan desensus berikutnya berlangsung, maka dagu dan
mulut nampak di vulva dan persalinan kepala berlangsung melalui gerakan fleksi.
Setelah kepala lahir, oksiput akan
mendekati anus dan dagu berputar seperti saat memasuki Pintu Atas Panggul.
Persalinan bahu berlangsung seperti pada presentasi belakang kepala.
Pada presentasi muka, edema akan
merubah bentuk wajah
Molase juga terjadi dan menyebabkan
bertambah panjangnya diameter occipitomentalis
Penatalaksanaan:
Bila ukuran panggul normal dan
kemajuan proses persalinan berlangsung secara normal, persalinan pervaginam
pada presentasi muka dapat berlangsung dengan wajar.
Observasi Detik Jantung Janin
dilakukan dengan monitor eksternal.
Presentasi muka sering terjadi pada
panggul sempit, maka terminasi kehamilan dengan SC sering terpaksa harus
dilakukan.
Usaha untuk merubah presentasi muka
menjadi presentasi belakang kepala , pemutaran posisi dagu posterior menjadi
dagu anterior secara manual atau dengan cunam, serta dengan versi ekstraksi
dalam era obstetri modern tidak lagi dikerjakan.
PRESENTASI
DAHI
Bentuk dari Kelainan Sikap ( habitus
) berupa gangguan defleksi moderate.
Presentasi yang sangat jarang.
Diagnosa ditegakkan bila VT pada PAP
meraba orbital ridge dan
ubun-ubun besar.
Presentasi dahi
Pada gambar 20.5 diatas, terlihat bahwa kepala berada diantara posisi
fleksi sempurna dengan ekstensi sempurna.
Kecuali pada kepala yang kecil atau
panggul yang sangat luas, engagemen kepala yang diikuti dengan persalinam
pervaginam tak mungkin terjadi.
Diagnosis
Presentasi dapat dikenali melalui
pemeriksaan palpasi abdomen dimana dagu dan oksiput dapat diraba dengan mudah.
Diagnosa dipastikan dengan VT dan
teraba sutura frontalis – ubun-ubun besar – orbital ridges – mata atau pangkal
hidung. Kadang-kadang dagu juga dapat diraba melalui pemeriksaan VT.
Etiologi
Etiologi sama dengan penyebab
presentasi muka.
Presentasi dahi sering merupakan
keadaan “temporer” dan dalam perjalanan persalinan selanjutnya dapat spontan
berubah menjadi presentasi muka atau presentasi belakang kepala.
Mekanisme persalinan
Pada janin kecil atau panggul luas
persalinan pervaginam biasanya berlangsung dengan mudah.
Pada janin aterm dengan ukuran
normal, persalinan pervaginam sulit berlangsung oleh karena engagemen tidak
dapat terjadi sampai adanya molase hebat yang memperpendek diameter
occipitomentalis atau sampai terjadinya fleksi sempurna atau ekstensi menjadi
presentasi muka.
Persalinan pervaginam pada
presentasi dahi yang persisten hanya dapat berlangsung bila terdapat molase
berlebihan sehingga bentuk kepala berubah.
Molase berlebihan akan menyebabkan
caput didaerah dahi sehingga palpasi dahi menjadi sulit.
Pada presentasi dahi yang bersifat
sementara (penempatan dahi) , progonosis tergantung pada presentasi akhir. Bila
presentasi dahi sudah bersifat menetap, prognosis persalinan pervaginam sangat
buruk kecuali bila janin kecil atau jalan lahir sangat luas.
Prinsip penatalaksanaan sama dengan
pada presentasi muka.
LETAK
LINTANG
Sumbu panjang janin tegak lurus
dengan sumbu panjang tubuh ibu.
Kadang-kadang sudut yang ada tidak
tegak lurus sehingga terjadi letak
oblique yang sering bersifat sementara oleh karena akan berubah
menjadi presentasi kepala atau presentasi bokong (“unstable lie”)
Pada letak lintang, bahu biasanya
berada diatas Pintu Atas Panggul dengan bokong dan kepala berada pada fossa
iliaca
Deskripsi letak lintang : akromial
kiri atau kanan dan dorso-anterior atau dorso-posterior
Angka kejadian 1 : 300 persalinan
tunggal (0.3%)
Diagnosis
- Diagnosa biasanya mudah dan
kadang-kadang hanya melalui inspeksi dimana abdomen terlihat melebar
dengan fundus uteri sedikit diatas umbilikus.
- Tidak ada kutub janin yang
teraba dibagian fundus dan kepala teraba di fossa iliaca.
- Pada dorso-posterior, teraba
bagian kecil pada palpasi dinding abdomen.
- VT pada persalinan dini dapat
meraba tulang rusuk, bila pembukaan servik sudah bertambah maka dapat
teraba skapula dan klavikula. Arah penutupan aksila menunjukkan arah bahu
dan lokasi kepala.
- Pada persalinan lanjut, bahu
terperangkap dalam jalan lahir dan seringkali disertai prolapsus lengan
dan keadaan ini disebut letak lintang kasep - neglected transverse lie.
Etiologi
- Grandemultipara akibat dinding
abdomen yang kendor
- Janin Preterm
- Plasenta previa
- Kelainan anatomis uterus
- Hidramnion
- Panggul sempit
Wanita yang sudah mengalami
persalinan > 4 kali dengan bayi aterm memiliki kemungkinan mengalami
kehamilan dengan presentasi lintang 10 kali lipat nulipara.
Kekendoran otot abdomen yang
mengakibatkan perut gantung (“pendulous
abdomen”) dapat menyebabkan uterus jatuh kedepan sehingga sumbu panjang
janin menjauh dari sumbu jalan lahir.
Letak plasenta pada Segmen Bawah
Rahim dan kesempitan panggul dapat menyebabkan gangguan akomodasi bagian
terendah janin sehinga terjadi letak lintang.
Mekanisme persalinan
Letak lintang kasep (“neglected transverse lie”)
Terdapat lingkaran muskular (pathological
retraction ring-Bandl” ) diatas SBR yang sudah sangat menipis. Tekanan His disebarkan secara sentripetal pada dan diatas lingkaran
retraksi patologissehingga regangan terus bertambah dan menyebabkan robekan
pada SBR.
Persalinan spontan pervaginam pada
janin aterm normal dengan presentasi lintang tidak mungkin berlangsung. Setelah
selaput ketuban pecah, lengan janin memasuki panggul dan menyebabkan prolapsus
lengan.
Kontraksi
uterus selanjutnya akan menyebabkan bahu masuk kedalam SBR dan menyebabkan
regangan SBR berlebihan yang dapat berakhir dengan ruptura uterus (“neglected transverse lie”).
Bila janin kecil (kurang dari 800 gram) dan panggul cukup luas, persalinan
pervaginam dapat berlangsung bila his yang cukup kuat untuk melipat tubuh janin
agar melewati PAP dan persalinan berlangsung dengan mekanisme conduplicatio corporae.
Penatalaksanaan
Presentasi lintang pada awal
persalinan adalah indikasi untuk melakukan SC.
Pada minggu ke 39 sebelum persalinan
atau pada awal persalinan, bila selaput ketuban masih utuh dapat dilakukan
tindakan versi luar pada presentasi lintang tanpa disertai komplikasi lain .
Pada saat melakukan SC, akibat
terperangkapnya tubuh janin dalam SBR maka insisi uterus lebih baik dilakukan
secara vertikal.
PRESENTASI
RANGKAP
Prolapsus lengan disamping bagian
terendah janin.
Presentasi rangkap. Tangan kiri berada didepan
bagian terendah janin dan biasanya desensus kepala dapat berlangsung normal.
Angka kejadian dan Etiologi:
Angka kejadian 1 : 700 persalinan
Keadaan ini disebabkan oleh hambatan
penutupan PAP oleh kepala janin secara sempurna antara lain seperti yang
terjadi pada persalinan preterm.
Prognosis dan Penatalaksanaan
- Angka kematian perinatal
meningkat sebagai konsekuensi dari :
- persalinan
preterm,
- prolapsus
talipusat dan
- prosedur
obstetrik yang traumatik.
- Pada sebagian besar kasus,
penatalaksanaan kasus adalah ekspektatif oleh karena jarang mengganggu
jalannya persalinan dan umumnya tangan janin secara reflektoar akan
ditarik sehingga tidak lagi mengganggu jalannya persalinan.
- Tindakan yang bisa dikerjakan
adalah dengan mereposisi tangan dan menurunkan kepala kedalam jalan lahir
secara bersamaan.
Tebes dkk (1999) melaporkan adanya
janin yang mengalami nekrosis iskemik pada tangan yang selanjutnya sampai
memerlukan amputasi.
POSISIO
OKSIPITALIS POSTERIOR
Satu bentuk kelainan putar paksi
dalam ( internal rotation ) pada proses persalinan.
Pada 10% kehamilan, kepala masuk PAP
dengan oksiput berada pada segmen posterior panggul.
Sebagian besar keadaan ini terjadi
pada arsitektur panggul yang normal, namun sebagian kecil terjadi pada bentuk
android.
Diagnosa ditegakkan melalui palpasi
abdomen dimana punggung janin teraba disatu sisi pinggang ibu dan dilokasi
tersebut DJJ terdengar paling keras.
Pada persalinan aktif, pemeriksaan
VT dapat memberi informasi yang lebih banyak dengan terabanya occiput dan
ubun-ubun besar .
Posisio Occipitalis Posterior
Pemeriksaan Vaginal : ubun ubun kecil kiri belakang
Selama persalinan berlangsung,
kepala janin memperoleh tekanan kearah pelvis sehingga terjadi fleksi kepala.
Setelah dilatasi lengkap, proses persalinan selanjutnya dapat terjadi melalui
satu dari 3 kemungkinan dibawah :
Kemungkinan arah Putar Paksi Dalam ( PPD) pada
posisio oksipitalis posterior
- 65% kasus, kepala melakukan PPD
sejauh 1350 sehingga occiput berada dibelakang simfisis (rotasi panjang) → persalinan
spontan pervaginam normal.
- 20% kasus, kepala tidak dapat
melakukan PPD secara lengkap sehingga ubun-ubun kecil berada dikiri atau
dikanan (deep tranverse arrest).
- 15% kasus, terjadi PPD 450
kearah posterior (rotasi pendek)
→ positio occipitalis
posterior persisten.
Kepala melakukan PPD sejauh 1350
sehingga occiput berada dibelakang simfisis (rotasi panjang) → persalinan
spontan pervaginam normal.
15% kasus, terjadi PPD 450 kearah
posterior (rotasi pendek) → positio occipitalis posterior persisten.
Persalinan pervaginam dapat terjadi
melalui berbagai kemungkinan :
1. Persalinan spontan.
2. Ekstraksi cunam dengan occiput
posterior.
3. Rotasi manual menjadikan occiput
anterior dan diikuti dengan persalinan spontan atau dengan ekstraksi cunam.
4. Rotasi dengan cunam kearah
occiput anterior dan kemudian dilahirkan.
Prognosis
Fitzpatrick dkk (2001) , Ponkey dkk
(2003) : membandingkan prognosa antara 246 pasien POPPersisten dengan presentasi occiput anterior (POA) dan
tercatat adanya komplikasi persalinan yang lebih tinggi pada POPP dibandingkan
pada POA.
Hanya 40% kasus POPP yang dapat
mengalami persalinan spontan pervaginam.
12% kasus POPP berakhir dengan SC
atas indikasi distosia.
Posisi Oksipitalis Tranversal
Persisten
(deep
tranverse arrest – letak malang melintang rendah)
Pada arsitektur panggul normal,
posisi occiput tranversal umumnya bersifat sementara (penempatan) sebelum
berakhir sebagai posisi occiput anterior atau posterior.
Bila kontraksi uterus cukup kuat,
dapat terjadi PPD keanterior dan persalinan dapat berlangsung secara normal
atau dengan bantuan ekstraksi cunam outlet.
Bila kontraksi uterus tidak kuat
atau terdapat kelainan bentuk panggul, persalinan pervaginam mungkin
berlangsung dengan didahului oleh tindakan rotasi manual kepala dan dilanjutkan
dengan persalinan ekstraksi cunam dengan occiput di anterior atau di posterior.
Etiologi posisi occipitalis
tranversal tidak selalu sederhana. Panggul jenis platipeloid atau android tidak
memiliki cukup ruangan untuk terjadinya rotasi kepala.
Pada panggul android, engagemen
tidak terjadi sehingga kulit kepala sering terlihat didepan introitus vagina
sebagai akibat adanya molase dan pembentukan caput yang berlebihan. Dalam
keadaan ini tindakan persalinan dengan cunam harus dilakukan secara hati-hati
dan tidak dipaksakan.
DISTOSIA
AKIBAT HIDROSEPALUS
Hidrosepalus : penumpukan cairan
cerebro spinal yang berlebihan menyebabkan pembesaran kepala janin.
Seringkali disertai dengan kelainan
lain terutama NTD’s.
BPD normal pada kehamilan aterm
berkisar antara 32 – 38 cm ; pada hidrosepalus dapat melebihi 50 cm dan bahkan
ada yang mencapai 80 cm.
Volume CSF umumnya mencapai 500 –
1500 ml dan bahkan dapat mencapai 5 liter
Pada 1/3 kasus disertai dengan
presentasi sungsang.
Diagnosa dengan ultrasonografi lebih
mudah dilakukan yaitu dengan mengukur diameter ventrikel lateral dan ketebalan
cortex cerebri serta membandingkan ukuran kepala dengan ukuran thorax dan
abdomen.
DISTOSIA
AKIBAT PEMBESARAN ABDOMEN
Pembesaran abdomen janin dapat
menyebabkan distosia
Pembesaran abdomen janin dapat
terjadi oleh karena :
- Vesika urinaria yang penuh.
- Pembesaran ginjal atau hepar.
- Asites
Diagnosa pembesaran abdomen janin
jarang ditegakkan sampai terjadinya distosia.
Bila diagnosa dapat ditegakkan
sebelum persalinan, keputusan melakukan SC harus dipertimbangkan.
Prognosa pada umumnya sangat buruk.
Pada 97% kasus, persalinan terjadi
pada presentasi kepala ; 3% pada presentasi sungsang ; 0.5% pada letak lintang.
Abdominal dystocia pada kehamilan 28 minggu akibat
pembesaran vesica urinaria
Persalinan dapat berlangsung pervaginam setelah
dilakukan pungsi VU setinggi umbilkus
Penampang menunjukkan bagian dalam VU dan tekanan
pada organ abdomen dan rongga thorax.
C.
KELAINAN JALAN LAHIR (PASSAGE)
Distosia karena
kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras /
tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul.
Kelainan
tulang panggul
Dapat berupa
:
1. Kelainan
bentuk panggul yang tidak normal gynecoid, misalnya panggul jenis
Naegele, Rachitis, Scoliosis, Kyphosis, Robert dan lain-lain.
2. Kelainan
ukuran panggul. Bentuk
panggul wanita yang paling ideal untuk persalinan adalah bentuk gynecoid
(klasifikasi Caldwell - Moloy). Variasi bentuk lain yaitu bentuk android,
antropoid, platipeloid (lihat juga kuliah panggul).
3.
Ukuran rata-rata panggul wanita
normal
Pintu atas panggul (pelvic inlet) :
Diameter transversa
(DT) + 13.5 cm. Conjugata vera (CV) + 12.0 cm. Jumlah rata-rata
kedua diameter minimal 22.0 cm.
Pintu tengah panggul
(mid pelvis) :
Distansia
interspinarum (DI) + 10.5 cm. Diameter anterior posterior (AP) +
11.0 cm. Jumlah rata-rata kedua diameter minimal 20.0 cm.
Pintu bawah panggul
(pelvic outlet) :
Diameter anterior
posterior (AP) + 7.5 cm. Distansia intertuberosum +10.5 cm. Jumlah
rata-rata kedua diameter minimal 16.0 cm.
Bila
jumlah rata-rata ukuran pintu-pintu panggul tersebut kurang, maka panggul
tersebut kurang sesuai untuk proses persalinan pervaginam spontan.
Kemacetan persalinan paling sering terjadi pada
pintu atas panggul (H-I) atau pintu tengah panggul (sampai H-III). Kelainan
bentuk atau ukuran panggul dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan yang
baik. Anamnesis perlu ditanyakan riwayat penyakit dahulu, ada/tidak penyakit
rachitis, patah tulang panggul, coxitis dan sebagainya. Pelvimetri klinik atau
radiologik harus dapat menentukan perkiraan bentuk dan ukuran panggul dengan
baik. Pada keadaan panggul patologik, anak dengan berat janin di atas 2500 gram
akan sulit dilahirkan. Untuk itu dipertimbangkan sectio cesarea.
Normal
berat anak yang dilahirkan seorang ibu adalah antara 2500-4000 gram. Bayi
dengan berat badan lahir lebih dari 4000 g disebut makrosomia. Bayi dengan
berat badan lahir kurang dari 2500 g disebut bayi berat lahir rendah (bedakan
dengan prematuritas !! BBLR belum tentu prematur)
Ukuran
umum / tidak baku terhadap pembagian berat badan bayi normal : antara
3500 - 4000 g digolongkan bayi besar, antara 3000 - 3500 g termasuk sedang dan
antara 2500 - 3000 g tergolong kecil. Dengan demikian panggul disebut luas bila
panggul tersebut dapat dilewati oleh anak yang beratnya rata-rata 3500 - 4000
g, sedang bila dapat dilewati anak 3000 - 3500 g, sempit bila dapat dilewati
anak sampai 2500-3000g.
Kapasitas
pintu atas panggul (pelvic inlet capacity, IC) dan pintu tengah panggul
(midpelvic capacity, MC) dapat dihitung dengan rumus :
Misalnya setelah diperiksa dan dihitung dengan rumus, X = 95% dan Y = 80%. Interpretasinya adalah kapasitas inlet panggul dihitung dalam gram adalah 95% x 4000 g = 3800 g, dan kapasitas midpelvis adalah 80% x 4000 g = 3200 g. Maka kapasitas terkecil panggul itu adalah 3200 g, karena jika lebih dari itu bayi tidak akan dapat melewati midpelvis. Nilai ini disebut sebagai DAYA AKOMODASI PANGGUL (DAP).
Daya akomodasi panggul
Kemampuan
suatu panggul untuk dapat dilewati oleh anak terbesar, nilainya sama dengan
kapasitas terkecil bidang panggul tersebut.
Bentuk
dan ukuran panggul pada wanita dewasa umumnya tetap seumur hidup, kecuali jika
ada pengaruh trauma, infeksi panggul, atau tumor. Begitu pula daya akomodasi
panggul wanita tersebut akan tetap. Sehingga jika ada riwayat pemeriksaan
panggul dengan radiologi (Roentgen, CT scan atau ultrasonografi), jika tidak
ada kecurigaan yang memungkinkan terjadi perubahan tersebut, pemeriksaan tidak
perlu diulangi lagi.
Kelainan
bentuk panggul (panggul abnormal / patologik) : langsung sectio cesarean.
Kelainan ukuran panggul dengan bentuk normal : partus percobaan. Pada setiap
kehamilan atau persalinan yang dialami seorang wanita, yang dapat berubah
adalah berat badan janin. Besar atau berat janin ini dapat ditentukan dengan
pengamatan berdasarkan pengalaman atau dengan alat ultrasonografi. Kesalahan
penafsiran berat anak yang paling besar sebaiknya tidak melebihi 10% berat anak
yang sesungguhnya.
Pada kecurigaan / suspek CPD, dapat dilakukan partus percobaan pervaginam, dengan catatan kesiapan sarana untuk sectio cesarea cito harus ada.
Pada kecurigaan / suspek CPD, dapat dilakukan partus percobaan pervaginam, dengan catatan kesiapan sarana untuk sectio cesarea cito harus ada.
Partus
percobaan adalah suatu partus fisiologis yang dilakukan pada kehamilan
aterm, anak presentasi belakang kepala dengan suspek disproporsi sefalopelvik
(CPD).
Tujuan
tindakan partus percobaan adalah memastikan ada tidaknya CPD.
Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif. Penilaian dilakukan setiap 2 jam.
Dimulai saat penderita dinyatakan in partu, dengan penilaian kemajuan persalinan dimulai setelah persalinan masuk fase aktif. Penilaian dilakukan setiap 2 jam.
Yang dinilai
dalam partus percobaan :
·
kemajuan pembukaan serviks
·
turunnya kepala
·
putaran paksi dalam (memutarnya ubun-ubun kecil
ke depan)
Bila pada setiap penilaian per 2 jam tersebut terdapat perubahan yang bermakna komponen yang dinilai itu, maka partus percobaan dikatakan ada kemajuan dan diteruskan. Bila dari 3 komponen tersebut tidak ada kemajuan yang bermakna, maka partus percobaan dikatakan gagal, dipastikan ada CPD dan persalinan diakhiri dengan sectio cesarea.
Kelainan
jaringan lunak urogenital
Tidak
jarang distosia disebabkan adanya kelainan dari jaringan lunak urogenital.
Keadaan yang sering dijumpai adalah distosia yang disebabkan oleh tumor ovarium
yang mengisi jalan lahir. Selain distosia, jika persalinan dipaksakan
pervaginam kemungkinan juga terjadi pecahnya tumor tersebut.
Keadaan lain yang juga dapat menyebabkan distosia adalah kelainan uterus, kelainan serviks, septum vagina dan adanya edema vulva.
Keadaan lain yang juga dapat menyebabkan distosia adalah kelainan uterus, kelainan serviks, septum vagina dan adanya edema vulva.
Penilaian
organ-organ ini dalam persalinan hendaknya dilakukan dengan seksama, sehingga
keadaan kemungkinan adanya distosia akibat kelainan organ ini dapat segera
diatasi. Umumnya pada distosia akibat kelainan jaringan lunak, anak dilahirkan
dengan sectio cesarea.
yang bermakna,
maka partus percobaan dikatakan gagal, dipastikan ada CPD dan persalinan
diakhiri dengan sectio cesarea.
Kelainan
jaringan lunak urogenital
Tidak
jarang distosia disebabkan adanya kelainan dari jaringan lunak urogenital.
Keadaan yang sering dijumpai adalah distosia yang disebabkan oleh tumor ovarium
yang mengisi jalan lahir. Selain distosia, jika persalinan dipaksakan
pervaginam kemungkinan juga terjadi pecahnya tumor tersebut.
Keadaan lain yang juga dapat menyebabkan distosia adalah kelainan uterus, kelainan serviks, septum vagina dan adanya edema vulva.
Keadaan lain yang juga dapat menyebabkan distosia adalah kelainan uterus, kelainan serviks, septum vagina dan adanya edema vulva.
Penilaian
organ-organ ini dalam persalinan hendaknya dilakukan dengan seksama, sehingga
keadaan kemungkinan adanya distosia akibat kelainan organ ini dapat segera
diatasi. Umumnya pada distosia akibat kelainan jaringan lunak, anak dilahirkan
dengan sectio cesarea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar